Hingga suatu hari Si Rebahan merasa capek menjalani hidup miskin terus dan tidak mempunyai tujuan. Tapi disisi lain Si Rebahan merasa sangat malas sekali melakukan suatu usaha untuk membuat hidupnya lebih baik. Si Rebahan setiap malam merenung tentang keadaannya, setiap pulang dari keluyuran bersama Si Tiduran. Akhirnya Si Rebahan mendapatkan titik terang dan memutuskan untuk bekerja agar dapat menabung untuk modal usaha.
Si Rebahan juga mengajak Si Tiduran untuk bekerja bareng-bareng, namun Si Tiduran malah menjawab "Ngapain juga kerja sih?, loe gak perlu kerja sob, uang gue banyak, loe cukup nemenin gue keluyuran dan foya-foya, soal uang gue yang tanggung" Ujarnya. Tapi Si Rebahan sudah membulatkan tekad dan terus berkata dengan dirinya sendiri untuk sukses, dan akhirnya hubungan persahabatan mereka berakhir karena sudah tidak satu tujuan. Sejak saat itu mereka tidak pernah ketemu, dikarenakan si Rebahan juga memfokuskan diri dengan tujuannya.
Setiap malam Si Rebahan mensugesti dirinya sendiri, selalu berkata dalam hatinya "Karena malas, Aku harus bekerja keras menjadi orang kaya, agar dimasa tua Aku bisa mempunyai harta yang melimpah dan akhirnya bisa bermalas-malasan sepanjang waktu". Si Rebahan mulai bekerja dengan giat selama bertahun-tahun, dan hingga dia sudah mempunyai tabungan yang cukup untuk memulai usaha.
Selama masih bekerja Si Rebahan sudah memikirkan segala rencana dan langkah demi langkah apa yang mau diambil. Dia memulai usahanya dengan membuka kios menjual daging domba disekitar wilayah tempat tinggalnya. Si Rebahan dengan rajin merintis usahanya. Setelah beberapa lama usahanya berjalan, Ia mengalami kebangkrutan karena menurunnya pembeli dan sebagian dagingnya membusuk. Si Rebahan tidak menyerah, Ia memulai lagi dengan mencari orang kaya untuk diajak bekerja sama.
Si Rebahan mulai mencari informasi dan mencatat daftar nama orang-orang kaya tersebut. Si Rebahan mendatangi satu persatu rumah orang kaya yang ada di daftar catatannya tersebut. Penolakan demi penolakan, cacian demi cacian Si Rebahan dapatkan saat mendatangi rumah-rumah orang kaya tersebut, namun karena Si Rebahan sudah bertekad "Malas Miskin", Dia tidak kehilangan semangat. Selang beberapa waktu Si Rebahan akhirnya mendapatkan orang kaya yang mau diajak bekerja sama memberikan modal untuk memulai usahanya lagi.
Si Rebahan akhirnya memulai lagi usahanya dan belajar dari kegagalannya, namun tidak lama si Rebahan mengalami kegagalan lagi. Si Rebahan masih tidak mau menyerah dan menyadari bahwa kerja keras saja tidaklah cukup, harus dibarengi dengan kerja cerdas untuk meraih kesuksesan. Dia mulai dari nol lagi dan terus belajar dari kegagalan demi kegagalan yang dialami.
Pada akhirnya setelah beberapa tahun, Si Rebahan sukses dengan usaha membuka kios jual daging domba tersebut, dan juga sudah membuka puluhan cabang kios dibeberapa wilayah. Di cabang kiosnya yang berada didaerah sekitar rumahnya, Si Rebahan mendapatkan laporan bahwa sering ada seorang pencuri daging di kiosnya memakai kerudung hitam.
Si Rebahan menyelidiki pencuri tersebut dan menemukan orang tersebut berdasarkan ciri-ciri yang diberikan pegawainya. Si Rebahan membuntutinya terus hingga sampai di gubuk reot rumah si pencuri. Si Rebahan kaget ternyata si pencuri tersebut adalah Si Tiduran sahabat karibnya dahulu. Berdasarkan informasi warga setempat bahwa ayah Si Tiduran meninggal karena serangan jantung, seluruh harta kekayaan warisan ayah Si Tiduran habis seluruhnya untuk berfoya-foya. Begitulah sekarang kedaan Si Tiduran dan Ibunya, mencuri sepotong daging untuk menyambung hidup.
Si Rebahan setelah mengetahui itu menyuruh pegaiwainya menyisihkan sepotong daging dan diletakan didepan sendiri dimeja dagangan setiap harinya, agar Si Tiduran mudah saat mencurinya. Si Rebahan juga mengatakan kepada karyawannya untuk membiarkannya saja jika mengetahui hal tersebut.
Begitulah akhir cerita tentang dua sahabat sejoli tersebut, yang sama-sama bersifat pemalas namun mempunyai sudut pandang berbanding terbalik.