Untuk kita umat Islam, tentu sudah mengetahui sedikit banyak Riwayat para nabi dan rosul. Sebagian besar nama dan kisah juga dicatat dalam kitab suci agama Kristen dan juga Yahudi meskipun ada perbedaan versi. Olehkarenanya, kita juga bisa menyaksikan beberapa kisah para nabi yang sudah dibuat edisi layar lebarnya, seperti Noah, Adam, Musa dan Firaun, David and Goliath, Muhammad, dan juga Isa (Yesus). Kisah tentang Nuh (Noah) dan banjir besarnya beberapa kali dibuat film dengan konteks cerita yang dimodifikasi.
Film Noah yang terakhir yang dibuat tahun 2014, menggambarkan tentang bawaan genetik manusia yang merusak bumi. Begitulah dunia Barat, mereka berani menafsirkan cerita suci yang bagi kita melampaui batas. Namun, pembaharuan cerita tersebut membuat kisah-kisah para nabi lebih kontekstual dengan situasi kekinian.
Bagi umat muslim, cerita-cerita nabi digambarkan langsung dalam Al-Qur'an yang tersebar dibanyak surat. Olehkarenanya, perlu upaya lebih rajin untuk membaca kisah-kisah tersebut yang berserak menjadi satu kesatuan cerita.
Beberda dengan Al-kitab atau Injil yang membahas kisah nabi-nabi dalam satu bab dan cerita yang runut. Sudah banyak literatur yang membahasnya menjadi satu kesatuan, salah satu yang detail ialah karya Ibnu Katsir 'Kisah Para Nabi'.
Dalam perspektif teologis, cerita nabi memiliki alur cerita yang sama. Mereka adalah manusia pilihan Tuhan yang diberikan pengetahuan tentang kebenaran dan melakukan misi/dakwah untuk menyadarkan umatnya. Dalam proses perjuangan misi/dakwah tersebut ada kelompok yang menerima ada yang menolak. Sebagian cerita berkahir dengan hukuman/azab bagi kaum yang tidak mengikuti ajaran para nabi.
Dua Bentuk Pengetahuan
Perlu kita telaah lebih jauh ialah terkait cerita-cerita tersebut ialah adanya dua jenis pengetahuan yang dimiliki oleh para Nabi. Selama ini kita lebih sering membahas tentang pengetahuan teologis/agama. Tentang Keesaan Allah (Tauhid), cara beribadah kepada Allah, dan juga aturan mengenai mana yang benar mana yang salah.
Tetapi kita sering luput dengan adanya pengetahuan lain, yang lebih kepada keahlian keduniaan, seperti arsitektur, tata negara, persenjataan, literasi dan pakaian, pertanian dan masih banyak lagi.
Di sisi lain, justru kelompok pembangkang dari para nabi seperti firaun di Mesir yang mampu membangun piramida, kaum Tsamud yang dipercaya kaum nabi Saleh membangun kota tua Petra, dan juga taman bergantung Babilonia dan teks pakunya dianggap sebagai kemajuan pengetahuan yang sampai sekarang terus dikaji.
Keahlian para nabi selalu dikaitkan dengan 'muzijat' keahlian yang merupakan pemberian langsung dari Allah. Sebagai makhluk yang beriman kita tidak bisa menyangkal tersebut. Ada hal-hal yang di luar akal sehat yang membuktikan kekuasaan Allah atas alam semesta. Cerita Isra' dan Mi'raj nabi Muhammad yang setiap tahun kita peringati, adalah salah satu bentuk ketidakbiasaan kemampuan para nabi dengan izin Allah. Kita wajib percaya atas semua cerita yang dijelaskan di dalam kita suci.
Padahal kalau kita telaah lebih jauh, sesungguhnya para nabi juga memiliki keahlian yang luar biasa. Idris selain nabi, dia juga dianggap manusia yang memiliki kontribusi di bidang teks dan tekstil. Idris di dalam mitologi yunan dianggap sebagai 'hermes'. Nuh adalah seorang insinyur handal yang bisa membuat perahu besar.