Lihat ke Halaman Asli

Yudo Mahendro

sosiologi, budaya, dan sejarah

Pentingnya Pendidikan "Nafas Lama" di Jakarta

Diperbarui: 6 September 2018   11:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sebagai lulusan UNJ yang dulu bernama IKIP Jakarta, sedikit banyask saya mengerti tentang pendidikan, khususnya pendidikan formal. Dalam konteks pendidikan formal, proses dilangsungkan dalam ruang-ruang kelas yang lengkap dengan sarana dan prasarana penunjang. Waktunya pun terjadwal, umumnya dilaksanakan dari pagi hingga menjelang sore.

Di Jakarta, ranah pendidikan formal semakin fenomenal terutama dengan adanya KJP (Kartu Jakarta Pintar). Dengan kartu itu, setiap siswa yang tidak mampu mendapatkan bantuan langsung dari pemda yang dapat dibelanjakan kebutuhan si anak. Lebih jauh, karena kondisi ekonomi yang sulit, uang KJP juga diperluas bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan siswa namun juga keluarga siswa.

Selain KJP, siswa juga mendapatkan banyak kemudahan lainya, seperti bus sekolah yang siap mengantarkan mereka dari dan menuju sekolah. Dengan demikian, siswa sudah dipenuhi semua kebutuhannya mulai dari perlengkapan sekolah, kebutuhan gizi, hingga transportasinya.

Guru, sebagai elemen utama dalam pendidikan formal juga tidak kalah dilengkapi kebutuhannya. Guru-guru PNS di Jakarta sudah mendapatkan kesejahteraan dengan tunjangan daerah yang sangat besar. Meskipun masih menyisakan cerita pilu dari guru-guru honorer baik di sekolah negeri maupun swasta, namun secara umum sebagian besar dari mereka sudah dipenuhi kebutuhannya.

Hal ini tentunya terkait erat dengan amanah UU sisdiknas No. 20 Tahun 2003 yang secara tegas tertulis tentang anggaran pendidikan yang harus dipenuhi oleh pemerintah dan pemerintah daerah ialah 20 % dari APBN maupun APBD.

Kini pemerintah di semua level dengan dana yang memadai, berlomba memajukan pendidikan, khususnya pendidikan formal. Dengan segala kelengkapan itu, pendidikan formal diharapkan semakin ramah dengan semua kalangan masyarakat Jakarta, terutama kelompok masyarakat ekonomi bawah.

Pendidikan versus Pengajaran: Hilangnya Transfer Nilai

Pengajaran sesungguhnya bagian dari pendidikan. Namun, pada saat ini banyak orang mempersamakan dua hal tersebut, sehingga ketika membahas pendidikan yang selalu mengemuka ialah pendidikan formal. Hal ini dikarenakan adanya kebutuhan yang semakin tinggi terhadap "ijazah" sebagai modal untuk mendapatkan pekerjaan formal. Sehingga ada sesuatu yang substansial namun hilang dari nafas pendidikan itu sendiri; transfer nilai.

Permasalahan transfer nilai ini menjadi hal yang mulai banyak dibahas oleh masyarakat. Terutama melihat perkembangan teknologi informasi yang semakin deras menyebabkan pergeseran nilai-nilai menjadi begitu cepat. Para orang tua merasa pendidikan formal kini tidak lagi mampu membentuk siswa untuk berprilaku sesuai dengan nilai-nilai sopan santun.

Keresahan ini semakin meluas, hingga pemerintah sejak beberapa tahun belakangan sudah menyuarakan pentingnya pendidikan karakter. Lebih jauh, pemerintah mengeluarkan kurikulum 2013 yang dalam pembelajaran semua mata pelajaran dikaitkan dengan nilai-nilai keagamaan dan kebudayaan. Dengan pendidikan karakter tersebut diharapkan sekolah kembali kepada khitoh "transfer nilai".

Sejauh ini upaya tersebut dirasa masih belum berjalan optimal, terutama ditengah arus 'komerisal' yang semakin menguat di dalam dunia pendidikan kita. Orientasi utama sekolah maupun menyekolahkan anak tak lain ialah mendapatkan pekerjaan yang layak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline