Puji syukur kepada Allah SWT, tahun ini mendapatkan kesempatan untuk mengunjungi Bosnia & Herzegovina. Dari Bosnia & Herzegovina kita bisa menggali berbagai informasi otentik dan belajar dari konflik berdarah yang pernah dialami oleh negara ini.
Mengingat kondisi sosio-politik di Indonesia pada saat ini sedang mengalami fase yang bisa dikatakan rentan, maka harus ada upaya dari berbagai pihak sebagai bentuk antisipasi agar Indonesia tidak mengalami konflik yang serupa.
Karena sebagaimana yang sama-sama bisa kita rasakan, aroma kebencian dan permusuhan antar sesama anak bangsa masih terus merebak akibat berkembangnya praktik politik identitas dan maraknya penyebaran berita hoax.
Bosnia & Herzegovina pernah mengalami konflik berdarah yang berlandaskan pada sentimen etnis sekaligus agama. Pada abad pertengahan, Bosnia & Herzegovina merupakan sebuah wilayah perbatasan antara Kebudayaan Barat dan Timur.
Wilayah ini menjadi ajang pertikaian dan perebutan pengaruh antara Romawi Barat yang Katolik dan Romawi Timur yang Ortodoks. Di tengah-tengah pergulatan tersebut, ikut pula sebuah kelompok sempalan Kristen yang disebut Bogomil. Sekte ini terutama beranggotakan masyarakat kelas atas Bosnia.
Pada akhir abad ke-13 muncul kekuatan ketiga yang memiliki pengaruh besar dalam sejarah Bosnia & Herzegovina, yaitu ketika wilayah tersebut ditaklukkan oleh Turki Usmani yang beragama Islam. Pada saat itu para pengikut sekte Bogomil berbondong-bondong pindah ke agama Islam karena tertarik dengan persamaan derajat yang ditawarkan oleh Islam sehingga sekte ini menjadi lenyap.
Perpindahan para pengikut sekte Bogomil ke Islam kebanyakan terjadi karena persamaan derajat yang ditawarkan oleh Islam. Jika mereka masuk Islam, maka mereka akan mendapatkan kedudukan yang sama tingginya dengan orang Islam lainnya. Akan tetapi jika mereka tetap pada agama leluhurnya, maka mereka akan berstatus sebagai orang -orang yang kalah dalam peperangan dan tunduk di bawah aturan Islam.
Dalam perkembangannya, kaum Muslim Bosnia mendapatkan status sama dengan orang Turki asli. Mereka menjadi tangan kanan orang Turki untuk memerintah penduduk Bosnia yang tetap memeluk agama leluhurnya.
Namun masuknya pemikiran nasionalisme kemudian hari membawa perubahan besar dan tajam pada situasi Bosnia & Herzegovina. Apabila sebelumnya secara umum penduduk wilayah itu disebut orang Bosnia, dan hanya dibedakan menurut agamanya, kini mereka mengidentifikasikan diri dengan negara-negara tetangganya. Orang Bosnia yang menganut Kristen Ortodoks mengidentifikasikan dirinya sebagai orang Serbia, sementara penganut Katolik menjadi orang Kroasia.
Terbentuknya Negara Yugoslavia
Ketika kekuatan Turki Utsmani melemah, negara-negara yang berada dibawah kekuasaannya di Balkan mulai memerdekakan diri. Salah satu di antaranya adalah Serbia. Negara yang baru merdeka ini berusaha menggabungkan Bosnia ke dalam wilayah mereka, namun ambisi ini digagalkan oleh Kekaisaran Austria-Hongaria, yang mencaplok wilayah tersebut pada tahun 1908.