Tanaman kelor mempunyai nama latin moringa aloifera lamk merupakan tumbuhan yang diyakini berasal dari india dan arab kemudian menyebar ke berbagai negara termasuk indonesia.
Di Indonesia sendiri tanaman ini sangat mudah untuk kita jumpai baik di perkampungan seperti di ladang atau tepi sawah maupun di kota yang berfungsi sebagai tanaman penghijau.
Selain itu, tanaman yang bisa tumbuh dengan ketinggian mencapai 10 m ini juga memiliki banyak manfaat bagi kesehatan, sehingga sudah dari dulu masyarakat menjadikan kelor sebagai bahan herbal untuk pengobatan tradisional. Penggunaan kelor sebagai bahan herbal alami yang sudah diklaim oleh banyak kalangan mulai perlahan dikonfirmasioleh sains. Kelor memiliki senyawa antioksidan seperti flavonoid, asam askorbat, karotenoid dan fenolat.
Dilansir dari jurnal kesehatan kusuma husada Pemanfaatan daun kelor secara tradisional yaitu bagian daun kelor yang masih segar. Untuk membuat satu porsi ramuan, daun yang dibutuhkan ialah sebanyak 3-7. Selain daun kelor yang masih segar, untuk membuat ramuan obat Hepatitis B juga dibutuhkan air kelapa sebanyak satu gelas dan madu sebanyak 1 sendok. Cara pembuatan ramuannya cukup sederhana.
Pertama tumbuk daun kelor yang sudah dicuci bersih. Kemudian campurkan air kelapa dengan tumbukan daun tersebut dan saring. Terakhir, tambahkan madu dan aduk merata. Ramuan siap diminum. Untuk hasil maksimal, buat dan minum ramuan itu sampai sembuh. Selain dapat menjadi obat hepatitis B, manfaat lain dari tanaman kelor diantaranya:
- Dapat digunakan sebagai bahan pembuatan kosmetik
- Gangguan penglihatan
- Penumpukan lemak pada liver
- Kulit kering dan pecah-pecah
- Dermatitis
- Pendarahan gusi
- Osteoporosis
- Anemia
Daun kelor memang mempunyai banyak manfaat, akan tetapi jika mengonsumsi daun kelor dalam dosis yang besar dapat menyebabka akumulasi zat besi yang tinggi. Zat besi yang tinggi dapat menyebabkan gangguan saluran pencernaan dan hemokromatosis (kadar besi dalam tubuh berlebihan). Dosis harian yang disarankan adalah sekitar 70 g agar mencegah penumpukan nutrisi yang berlebihan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H