Ketika mendengar sebutan "ikan predator", apa yang terlintas di benak Anda? Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), predator merupakan sebutan binatang yang hidupnya dari memangsa hewan lain atau sebagai hewan pemangsa. Sama halnya dengan di darat, di air juga memiliki beragam hewan predator. Di sungai Amazon misalnya, terdapat ikan predator yang sangat terkenal yaitu ikan piranha, ikan arapaima, red tail catfish, dan lain sebagainya. Sementara itu, di Indonesia memiliki beberapa ikan predator, antara lain ikan channa marulioides, ikan arwana Irian, ikan datz Borneo, ikan toman, ikan belida, ikan tapah, dan lain sebagainya. Meskipun tergolong ikan predator, mereka masih menjadi ikan konsumsi di daerah asalnya. Namun, beberapa jenis ikan predator seperti belida, arwana, dan channa maru telah dibatasi perburuannya dikarenakan populasinya semakin sedikit di alam liar. Lalu bagaimana jika ikan predator dijadikan sebuah hobi?
M. Rheyza Perdana Kusuma Hasan, seorang mahasiswa UNY yang berasal Godean, Sleman, DIY memiliki hobi memelihara ikan predator yang sekaligus menjadi ikan hias di rumahnya. Beberapa ikan hias yang ia pelihara antara lain, ikan koi, ikan platy, ikan guppy, ikan komet, ikan koki, dan lobster air tawar. Sementara untuk ikan predator antara lain, ikan channa marulioides Borneo, ikan channa pulchra, ikan channa orna, ikan channa Auranti, ikan channa yellow sentarum, ikan channa yellow Riau, arwana Brazil, ikan peacock bass, read tail catfish, tiger catfish, ikan palmas, dan ikan oscar. Hobi tersebut berawal dari keinginannya untuk memelihara ikan dari sungai saat masih SD. Kemudian ia mulai memelihara ikan predator, yakni channa marulioides Borneo, saat duduk di bangku SMA. Bak menyelam sambil minum air, Rheyza mulai mengubah hobinya tersebut menjadi penghasilan. "Saya mulai menjual ikan pada saat pandemi, karena peminat ikan channa melambung tinggi di marketplace facebook," ujarnya.
Kisah ini bermula saat Reyzha iseng untuk menjual ikan channa di Facebook, dan ternyata banyak permintaan masuk. Rheyza menceritakan, "Awalnya saya membeli ikan channa pulchra seharga 50 ribu dan laku terjual seharga 600 ribu. Mulai dari situ, saya memiliki inisiatif untuk berjualan kecil-kecilan" ujarnya. Berawal dari pembelian 50 ekor ikan channa pulchra ukuran 2-3 cm seharga 10 ribu per ekor. Kemudian ikan dibesarkan selama 2-3 bulan. Pemeliharaan ikan dilakukan di akuarium berukuran 100 x 40 x 40 plt, dengan total 15 akuarium. Selanjutnya ikan disortir untuk dibedakan mana yang berkualitas bagus (tidak cacat, memiliki ciri khas sirip gondrong, bermental galak), mana yang kurang bagus (cacat), maupun standar.
Untuk ikan yang kualitasnya bagus akan dilakukan treatment sebagai berikut. Pertama, pemberian skat di akuarium untuk dijadikan single tank, yang berfungsi agar ikan menjadi lebih mudah dalalm proses treatment. Langkah ini juga dilakukan untuk membentuk mental ikan agar agresif. Setelah dua bulan, ikan akan di sortir antara jantan dan betina, untuk dijadikan pair (pasangan). Proses pair pada channa berkisar 1 bulan tergantung kondisi berahi ikan dalam beradaptasi. Tidak jarang channa mengalami gagal atau pecah pair hingga mati salah satunya. Namun, jika channa berhasil pair secara sempurna, maka harga channa bisa mencapai 800-900 ribu per pasang untuk ukuran 20 cm.
Ikan channa dapat diperjualbelikan setelah di treatment selama kurang lebih 2 bulan. Semakin besar ukuran ikan, maka semakin tinggi pula harganya. Begitu halnya dengan ikan channa yang agresif, dan memiliki sirip serta warna yang matang (berwarna biru). Umumnya baby channa berwarna orange, lalu umur 3 bulan chana mulai berwarna hitam kebiruan, dan ketika channa berumur 5-6 bulan akan berwarna biru muda. Ikan channa yang berhasil melalui proses treatment dipatok dengan harga 50-300 ribu per ekor tergantung kategori kualitas. Pembesaran ikan dilakukan secara berkala. Ketika stok ikan mulai menipis, maka ikan channa pulchra akan distok ulang, sehingga penjualan dan treatment tetap berjalan.
Sementara itu, channa dengan kualitas yang kurang bagus akan dimasukkan ke dalam akuarium (ombyok). Ikan channa kategori ombyok tetap dibesarkan selama 2 bulan untuk dapat diperjualbelikan di kisaran harga 30-50 ribu per ekor. Rheyza mengungkap bahwa alasan pemasarannya melalui marketplace facebook karena pengiklanan pada platform tersebut cukup mudah, dan dapat diakses oleh semua kalangan. Di facebook juga terdapat grub-grub khusus penjualan ikan channa, seperti grub "Channa Pair Joga", "Komunitas Ikan Predator Yogyakarta", "Ikan Aksesoris dan Predator Yogyakarta", "Predator Fish Jogja". dan lain sebagainya.
Di antara dua jenis metode pemeliharan, yakni treatment dan ombyok, metode treatment lah yang laku keras di pasaran. Hal ini dikarenakan dominasi pelanggan menyukai ikan yang sudah berkualitas (tinggal nyawang). Dalam sehari, rata-rata ikan yang di treatment bisa laku sebanyak empat ekor. Sementara itu, channa dengan pemeliharaan ombyok lebih banyak dibeli oleh anak-anak, ataupun bagi sebagian orang yang masih belajar memelihara ikan channa pulchra. Usia pelanggan ikan channa Rheyza pun cukup beragam, mulai dari anak SD hingga dewasa, baik berasal dari satu daerah maupun dari luar daerah. Mayoritas pelanggan ikan channa adalah para pemuda.
Selain ikan channa pulchra, Reyzha juga menjual beberapa ikan predator lainnya. Misalnya ikan channa yellow sentarum berukuran 30 cm seharga 200 ribu, ikan red tail catfish berukuran 25 cm seharga 150 ribu, ukuran 60 cm seharga 500 rb, dan juga ikan koi berukuran 25 cm seharga 30 ribu. Mayoritas pelanggan Rheyza memilih datang ke rumah. Meskipun beberapa dari mereka sempat tersesat karena lokasi rumah yang cenderung masuk gang dengan jalanan yang sempit. Selain itu, Rheyza juga menerima sistem COD jika pelanggan sudah merasa mantap dengan ikan yang dipesan secara online. Pelayanan COD maksimal berlokasi 7 km dari rumah. Pelayanan lainnya juga bisa diantar ke rumah pelanggan dengan maksimal 5 km. Dengan sistem penjualan tersebut, pelanggan merasa puas atas kualitas ikan, bahkan beberapa ada yang berulang kali membeli, hingga PO.