Sesungguhnya saya mulai dengar tentang dirinya sekitar 15 tahun yang lalu, disaat aplikasi Whatsapp masih berbentuk imajinasi perakitnya, juga foto-foto masih tersimpan manis di folder bukan tersebar luas via Instagram. Saat itu, kami sedang memilih mata kuliah di semester baru dan sebagian teman di program saya mengambil mata kuliah tanaman gula dan obat.
Saya berpikir saat itu, jenis mata kuliah apa itu? Jamu-jamuan?? Males ah pait. Lalu teman saya bilang, tanaman obatnya bukan jamu dit ini tentang kina... apapula itu.. tak kenal saya bagaimana saya bisa sayang?? Lupakanlah tentang tanaman tak terkenal itu.
Tahun-tahun telah berlalu, dan tibalah takdir saya menjadi seorang dosen tanaman perkebunan. Entah bagaimana jalannya bisa begitu kapan-kapan saya ceritakan ya.
Selidik punya selidik (jadi siapa yang punya selidik?) salah satu mata kuliah tanaman perkebunan adalah tanaman gula dan obat yang waktu itu saya tolak sejak belum berbuah ( kalau tolaknya mentah-mentah kan namanya mentah udah berbuah dilepehin, ini belum ada pentil buah udah ogah saya) dan saya itu diterima di minat perkebunan karena ada beberapa dosen perkebunan yang akan pension termasuk bapak dosen yang mengajar tanaman kina.
Alhasillah, karena dosen lain sudah memegang komoditas tanaman masing-masing dan saya merupakan pendatang baru yang berpotensi (berpotensi merepotkan..) jadilah didaulat mengajar mata kuliah itu.
Ampunn... ampun.. pegimana ngajarnya yak? Kalau ketemu tuh taneman aja belom mana buku pegangannya gak ada pula. Akhirnya saya dipinjemi buku jadul kitab suci dari zaman VOC oleh salah satu alumni yang bekerja di Pusat Penelitian Teh dan Kina.
Alhamdulillah sih, hanya saja belum bisa menambah daya visual saya tentang tanaman ini, gimana enggak tuh buku hitam putih, dan saya fotokopi pula.. makin jelas lah motif zebranya (hitam putih).
Akhirnya saya berselancarlah didunia maya ternyata tanaman ini juarangg sekali literaturenya dari Indonesia namun dapat saya temukan beberapa literature dari Negara lain meski di tahun-tahun nyetel music masih lewat piringan hitam.
Katanya sih dulu kina itu masuk ke Indonesia sejak jaman Belanja eh Belanda menjajah dan saing-saingan sama Negara eropa lain untuk mengembangkan kina.
Awalnya sulit menanamnya karena dataran Indonesia gak mirip sama daerah asal kina namun akhirnya ditemukan beberapa wilayah yang cocok seperti Jawa Barat dan Sumatra Barat yang banyak daerah pegunungan sejuk hingga kina mulai beradaptasi baik di Indonesia.
Herannya semakin saya baca tentang si obat malaria ini, sejarah tersebarnya didunia, namanya yang unik dari sebutan suku pedalaman amerika selatan yang kepahitan mengkonsumsi obat ini sehingga memanggil "quina-quina" alias pahit lalu kisah salah satu ratu kerajaan eropa bernama Cinchon yang demam dan sembuh karena tanaman ini.