Lihat ke Halaman Asli

Mengungkap Sejarah dan Keindahan Gedung Sate, Ikon Kota Bandung

Diperbarui: 18 Juni 2024   01:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gedung Sate, monumen ikonik bersejarah yang masih kokoh berdiri menjadi saksi perkembangan Kota Bandung sejak 1920(SEPUTAR SEJARAH /KELOMPOK 5)

Kelompok 5

Selasa, 28 Mei 2024 18.00 WIB 

Bandung, JawaBarat - Gedung Sate, atau yang dulu dikenal dengan nama Department Van Verkeer en Waterstaat, merupakan salah satu ikon bersejarah Kota Bandung yang masih berdiri kokoh hingga saat ini. Bangunan megah ini memiliki sejarah yang unik dan menarik untuk diungkap.

Menurut Kang Deri, selaku edukator di Museum Gedung Sate, bangunan ini mendapatkan julukan "Gedung Sate" karena masyarakat Bandung dulu kesulitan menyebut nama aslinya yang berbahasa Belanda. Mereka melihat penangkal petir di atas atap gedung yang menyerupai tusukan sate, sehingga secara turun-temurun menyebutnya "Gedung Sate".

"Enam lingkaran pada penangkal petir itu sebenarnya melambangkan biaya pembangunan gedung yang menghabiskan enam juta gulden atau setara 462 miliar rupiah pada tahun 1920," jelas Kang Deri.

Gedung Sate dibangun pada tahun 1920 dengan arsitek utama Insinyur Johan Gerber yang dibantu oleh tim lainnya seperti Eh. De Roo, G. Hendriks, dan Gemeente van Bandoeng. Awalnya, gedung ini direncanakan sebagai kompleks pemerintahan Hindia Belanda dengan 14 departemen yang akan dibangun di area seluas 27 hektar.

"Namun, rencana pemindahan ibu kota dari Batavia ke Bandung terhenti akibat krisis ekonomi global pada 1930. Akhirnya, Gedung Sate hanya berfungsi sebagai kantor Kementerian Pekerjaan Umum atau Department Van Verkeer en Waterstaat pada masa itu," ungkap Kang Deri.

Setelah Indonesia merdeka, Gedung Sate tetap difungsikan sebagai kantor pemerintahan hingga akhirnya dibuka untuk umum sebagai museum berkat keinginan Gubernur Deddy Mizwar. Museum ini kemudian berkembang dan semakin terkenal di era kepemimpinan Gubernur Ahmad Heryawan.

"Meskipun tidak memiliki koleksi khusus, Museum Gedung Sate menampilkan informasi-informasi penting terkait sejarah bangunan ini, termasuk tokoh-tokoh pembangunnya," kata Kang Deri.

Akses menuju Museum Gedung Sate terbilang mudah dengan biaya masuk yang terjangkau, yaitu hanya Rp5.000 per orang. Namun, jika ingin didampingi oleh kurator atau edukator, pengunjung harus melakukan reservasi terlebih dahulu. Museum ini buka setiap hari mulai pukul 09.30 hingga 16.00 WIB.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline