Lihat ke Halaman Asli

Segala Sesuatu Ada Saatnya Ada Masanya

Diperbarui: 25 Juni 2015   06:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1334368020908441725

"Everything in life is temporary, so if things are going good, enjoy it because it won't last forever and if things are going bad, don't worry because it can't last forever either". Sebaris kalimat bijak dishare oleh sejawat saya via  BB saya  sebelum matahari pagi terbit hari ini. Mungkin para kompasianer pun pernah mendapat,mendengar atau membaca kalimat ini. Saya tercenung. Ah, betapa fananya hidup ini. Semuanya hanya sementara. Bila demikian halnya bukankah seharusnya kita memberi arti  dalam 'kesementaraan' itu ? subuh di suatu pagi, sebuah mobil melintas di depan rumah dan berhenti tidak jauh  dari rumah saya. Dari raungannya yang memecah kesunyian pagi, seperti mobil van bermesin diesel yang seharusnya sudah di overhaull. Berisik..! Tak lama kemudian terdengar pintu mobil dibanting dan suara perempuan yg lamat-lamat  sangat kami ( saya dan suami )  kenal mengucapkan selamat tinggal pada seseorang yang kami ( saya dan suami ) duga laki-laki. Kami (saya dan suami ) spontan menatap jam dinding : pk 03.20. Ya, ampyuuuunnn anak gadis pulang menjelang subuh. Lebih dari  sepuluh tahun kami tinggal di kompleks perumahan ini. Saya menyaksikan beraneka grafik kehidupan. Ada yang grafiknya sedang tumbuh mendaki dan mulai bersinar, ada yang masih berjuang mendaki dan ada yang perlahan menurun,meredup. Dulu kami mengenalnya sebagai gadis kecil yang pintar menari dan lincah. Hidup berkecukupan bahkan berlebihan. Sebelum trend low budget vacation , dia dan keluarganya pergi ke Singapore layaknya pergi ke pasar dekat rumah. Bisa bolak-balik berkali-kali.  Entah apakah hidup yang terlalu nyaman , serba boleh,nyaris tanpa disiplin dan role model dalam keluarga ,gadis kecil ini ketika menginjak  remaja mulai bermasalah di sekolah. Bolos. Nilai- nilai sekolahnya buruk. Mulai berani keluar malam. Sementara kehidupan ekonomi keluarganya pun mulai meredup seiring dengan karier sang ayah  yang mulai pensiun. Standar hidup yang mendadak turun membuat seisi keluarga frustasi menyesuaikan diri. Tak ada lagi tawa dan acara kumpul-kumpul keluarga yang dulu biasa kami lihat dan kami dengar. Berganti teriakan,pertengkaran  dan wajah suram seluruh anggota keluarga. Gadis itu  dengan caranya sendiri, berusaha mencukupi dirinya sendiri. Mencari kehidupannya sendiri. Benar kata orang bijak, cobaan dalam hidup tidak hanya mewujud dalam duka cita. Tetapi  kemakmuran,ketenaran  kerap kali membuat orang lupa kalau sejatinya hidup itu adalah sementara. Kegagalan memanage kemakmuran dan ketenaran  membuat siklus hidup kembali ke titik semula. Pada akhirnya, bagaimana situasi hidup kita ,yang terpenting adalah reaksi kita menghadapinya. Banyak hal buruk boleh terjadi,banyak hal baik boleh menghampiri.Tetapi bila kita enjoy it ( saya mengartikannya dengan bersyukur ) dan tentunya  dengan pertolongan Tuhan, kita pasti akan bisa melewati semuanya. Just sharing and happy week end !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline