Lihat ke Halaman Asli

Yudi Irawan

Bukan Seorang Penulis

Pejuang Motor Subuh

Diperbarui: 7 April 2022   07:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ini tahun ketiga pandemi virus corona "memaksa" saya untuk bekerja dari rumah. Sebuah "paksaan" yang harus disyukuri, Alhamdulillah...

Betapa tidak? Kerja di rumah bagi saya itu sangat menyenangkan. Saya tidak harus berjibaku pagi untuk mengejar KRL dan berdiri berdesakan diantara ketiak para penumpang (eh koq kaya syair lagu?). Pun saat pulangnya nanti, tidak harus lelah berdiri dari Stasiun Gondangdia sampai Stasiun Depok. 

Malah dengan WFH, setiap pagi saya mempunyai banyak kesempatan untuk berolah raga. Kurang enak apa lagi? Hehehe.. Eh tapi maaf ya, saya tidak bermaksud membuat iri sebagian pembaca. Ini cuma berbagi hal-hal positif selama WFH.

Tapi sekarang sudah berubah. Kantor tempat saya bekerja mulai merubah aturan masuk kantor. Karyawan diwajibkan masuk setidaknya dua kali seminggu. Terserah pengaturan dari masing-masing group atau divisinya. Dan mau tidak mau kehidupan pagi dan sore saya juga ikut kembali ke masa sebelum pandemi. 

Namun bedanya kali ini saya tidak berani naik KRL dengan alasan masih khawatir dengan penyebaran virus akibat berdesakan di gerbong kereta. Jadilah saya mulai petulangan ke kantor dengan naik motor.

Setelah sholat Subuh saya memacu perlahan sepeda motor melintasi jalanan pagi yang masih gelap. Kecepatan motor saya tidak lebih dari 60 km per jam. Mungkin rata-rata hanya 40 atau 50 km per jam saja. Itu karena saya takut untuk memacu kendaraan dengan cepat. Mungkin faktor usia juga yang membuat saya jauh lebih hati-hati (menyamarkan kata-kata penakut :-D). 

Tapi berbeda dengan kendaraan lain. Saya merasakan dan melihat roda-roda motor mereka berputar jauh lebih cepat dari yang saya punya. Saya lebih banyak dilewati oleh kendaraan lain daripada saya yang melewati mereka. Dalam hati saya: Duh, pada ngebut-ngebut apa gak takut jatuh?

Tapi memang ya, kalau saya perhatikan teman-teman kita para pejuang subuh itu lihai-lihai dalam mengendari motornya. Mungkin karena sudah terbiasa atau memang karena punya skill pembalap? Tidak tahu, tapi yang pasti mereka sangat lincah meliuk-liuk dan saling menyelinap diantara kendaraan lain. 

TIdak hanya kaum pria. Sesekali saya lihat para wanita tangguh (yang tentu saja terlihat dari pakaiannya) juga lincah memacu kendaraannya dengan kecepatan cukup tinggi. 

Terkadang saya merasa malu karena saya tidak mempunyai nyali sebesar wanita itu. Tapi tidak apa, karena saya berharap selamat sampai tujuan dan selamat kembali pulang ke rumah. Semoga teman-teman pejuang subuh itu juga senantiasa diberikan keselamatan oleh Allah setiap harinya, aamiin..

Saya masih menikmati perjalanan pagi ketika terang langit sudah mulai kelihatan. Dari arah kanan saya lewat sepasang suami dan Istri yang berboncengan melewati motor saya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline