Sabtu, 27 Juli 2019. Hari ini adalah hari city tour mandiri bagi rombongan kami. Agenda ini sebelumnya sudah didiskusikan terlebih dahulu oleh kami semua.
Dan dibantu oleh Hanung yang kebetulan mempunyai kenalan atau kerabat di Mekkah, maka kami berhasil mendapatkan bus yang dalam beberapa jam kedepan akan membawa kami berkeliling kota Mekkah untuk melihat dan mengunjungi tempat-tempat bersejarah, juga tempat-tempat yang nantinya akan menjadi tujuan kami pada saat puncak Haji.
Kerabat Hanung yang kebetulan adalah seorang mahasiswa yang sedang menuntut ilmu di Kota Mekkah, kami daulat menjadi tour guide sekaligus nara sumber untuk membantu menceritakan segala hal yang berkaitan dengan sejarah dari tempat-tempat yang akan kita kunjungi nanti.
Bus yang cukup mewah ini (terima kasih Mas Hanung untuk membantu penyediaan bus ini) sudah siap pagi-pagi sekali di depan hotel. Demikian juga dengan kami semua. Eh tidak semua ternyata, karena ada yang tidak ikut serta, yaitu Pak Yana dan istri, Bu Ecin, serta Bu Etty karena sudah ada agenda lain untuk melihat tempat penyembelihan hadyu. Jadi total hanya 36 orang yang ikut dalam rombongan tour kali ini.
Tepat jam 06.00 WAS, bus berangkat untuk membawa kami ke tujuan pertama kami yaitu Jabal Tsur. Kami tiba disana pada jam 06.40. Disini kami bisa turun dari bus walau tidak bisa berlama-lama. Yang bisa kami lakukan hanya berfoto tanpa bisa menaiki atau mendaki bukit tersebut.
Sebetulnya kalau waktunya cukup (tanpa mengunjungi tempat lain), bisa saja kami melakukan pendakian itu, karena memang banyak jamaah dari rombongan lain (entah dari Indonesia atau negara lain) yang kami lihat sedang meniti jalan untuk mencapat puncak Jabal Tsur. Mereka tampak terlihat kecil-kecil karena memang jarak dari tempat kami berdiri dengan bukit tersebut cukup jauh.
Namun sayangnya niatan kami belum bisa terlaksana karena keterbatasa waktu itu. Lagipula, menurut informasi yang kami dapat, ada proses administrasi lain yang harus dipenuhi untuk bisa mendaki ke Jabar Tsur. Bagi jamaah KBIH, pendakian ini menjadi salah satu hal yang bisa dilakukan karena semua pengurusannya sudah diatur dan diagendakan oleh pihak KBIH.
Setelah puas berfoto-foto, kami lanjutkan perjalanan menuju wilayah Arofah. Adapun tempat yang pertama kali kami kunjungi adalah Mesjid Namirah. Kami tiba di lokasi tepat jam 07.05 WAS. Dari penjelasan tour guide (duh koq saya lupa ya namanya ya?), Mesjid ini biasanya dijadikan sebagai tempat untuk khutbah Arofah. Khutbah ini adalah bagian dari salah satu prosesi puncak haji yaitu Wukuf di Padang Aforah. Dan menurut informasi tour guide pula, apa yang disampaikan dalam khutbah di Mesjid ini nantinya akan "disiarkan" keseluruh tenda-tenda jamaah yang ada di seluruh padang Arofah.
Sama halnya seperti di Jabal Tsur, kami tidak bisa berlama-lama di Mesjid ini. Karena memang sebetulnya area ini masih ditutup oleh Pemerintah Arab Saudi guna persiapan agenda wukuf nanti. Dan setelah puas mengabadikan gambar diri sendiri juga rombongan, kami perlahan meninggalkan area Arofah. Oh ya, di sekitaran Mesjid Namirah juga banyak pada pekerja pembersih Mesjid yang bisa kita berikan sedekah. Wajah-wajah sumringah akan tampak terlhat begitu kita memberikan beberapa uang riyal kepada mereka.
Sambil meninggalkan padang Arofah yang areanya sudah dipenuhi dan didominasi oleh tenda putih, kami sempat melihat banyaknya Pohon Sukarno yang tumbuh subur disana. Seperti namanya, pohon ini memang merupakan sumbangan dari Presiden RI yang pertama yaitu Bapak Ir. Soekarno untuk membantu penghijauan di Padang Arofah. Dan Alhamdulillah pohon-pohon itu memang tumbuh subur dan membuat pemandangan hijau disekitaran Padang Arofah.
Perjalanan kami seterusnya adalah mengunjungi Jabal Rahmah atau Jabal Arofah yang memang terletak tidak terlalu jauh dari Mesjid Namirah. Ketika bus tiba di parkiran Jabal Rahmah, jam sudah menunjukkan pukul 07.20 WAS. Masih pagi dan masih belum terlalu panas untuk kami mendaki nanti. Dan untuk kali ini, kami diperbolehkan lho mendaki sampa atas, atau tepatnya sampai di tempat yang ada tugu di puncaknya.