Saat ini kita disibukan dengan kurikulum belajar. Ada kecenderungan, ganti berganti kebijakan sistem belajar di Indonesia. Sistem ini belum tuntas ganti lagi sistem.
Pameo, ganti menteri pendidikan ganti kurikulum hangat menjadi pembicaraan. Guru dan anak didik terkadang dibuat bingung. Banyak guru mengeluh terlalu banyak tugas dan anak didik merasa PR memberatkan.
Terjadi pro dan kontra terhadap PR sekolah. Ada kecenderungan PR tidak lagi diperlukan. Guru lebih dikonsentrasikan kepada anak didik di sekolah.
Dalam hal ini Jepang tidak mau pusing pusing. Kita lihat bagaimana pendidikan di Jepang mencetak warganya jadi gila kerja.
Sistem pendidikan Jepang disebut sebut tidak berubah selama lebih dari 150 tahun. Namun beberapa hal telah berkembang di berbagai bidang dengan mengadopsi berbagai sistem dari negara lain, termasuk dari Barat.
Menjadi guru adakah pengalaman yang sangat sibuk, begitu sibuknya, banyak yang tidak bisa meluangkan waktu untuk mempersiapkan pelajaran penting. Mereka bekerja 12 jam sehari.
Salah satu ciri sistem pendidikan Jepang adalah keseragaman. Guru memberikan pelajaran di kelas dan siswa harus mendengarkan bersama-sama. Setelah itu penilaian siswa diukur dengan tes.
Ciri kedua dari sistem pendidikan Jepang adalah pendidikan yang menjejalkan banyak ilmu. Segala ilmu diberikan kepada anak didik kalau dianggap berguna.
Ciri lainnya adalah aturan sekolahnya yang ketat. Ada aturan yang mendetail dengan cara berpakaian, gaya rambut dan sebagainya.
Seorang asing, yang menetap dinegara tersebut menganggap pendidikan di Jepang sebagai cuci otak untuk menjadi orang yang "belajar bekerja seumur hidup". Anak Jepang belajar dengan keras disekolah atau sebelum ujian. Latihan, buku kerja, dan hafalan untuk ujian cukup menguras waktu dan tenaga. Tidak cukup waktu bermain.