Sutan Syahrir dan Chairil..
Selain ibunya, Chairil Anwar sangat mencintai neneknya di Medan. Pada suatu hari neneknya itu tiada.
Kematian nenek membuat Chairil sedih. Ia menulis puisi pendek untuk neneknya.
Puisi yang dibuat Chairil Anwar ketika ia berumur 22 tahun. Beberapa lama setelah ia tinggal di Jakarta.
Chairil mengabadikan perasaan duka tersebut dalam sajaknya berjudul Nisan.
Untuk Nenekanda
Bukan kematian benar menusuk kalbu
Keridlaanmu menerima segala tiba
Tak kutahu setinggi itu atas debu
Dan duka maha tuan bertakhta
Chairil Anwar
Oktober 1942