Apa yang kita lihat di Sri Langka saat ini adalah terjadinya krisis yang buruk. Ini jauh lebih buruk ketika krisis di Indonesia tahun 1998 yang melengserkan Soeharto.
Di Sri Langka Jam Malam telah diberlakukan di Kolombo sejak tanggal 11 April 2022 lalu .
Di jalan jalan jalan, Plakat memprotes Presiden Gotabaya Rajapaksa terjadi di seluruh tempat.
Menurut berita Reuters,
Warga Sri Lanka saat ini kesulitan menemukan bahan bakar, gas untuk memasak, makanan, dan obat-obatan.
Kekurangan bahan bakar menyebabkan pemadaman listrik yang berlangsung beberapa jam sehari.
Menteri Keuangan Ali Sabri mengatakan kepada Reuters bahwa Sri Lanka akan membutuhkan sekitar $3 miliar bantuan eksternal selama enam bulan ke depan untuk membantu memulihkan pasokan barang-barang penting, termasuk bahan bakar dan obat-obatan.
"Ini pekerjaan yang berat," kata Sabri dalam wawancara pertamanya sejak menjabat minggu ini, setelah beberapa menteri dan pejabat pemerintah mundur.
Pendanaan sebesar $3 miliar saat negara tersebut meminta kepada Dana Moneter Internasional (IMF) bulan ini.
Negara ini akan merestrukturisasi obligasi negara internasional dan mencari moratorium pembayaran, dan yakin dapat bernegosiasi dengan pemegang obligasi senilai lebih dari $ 1 miliar, yang jatuh tempo pada bulan Juli.
Sementara itu, bank sentral Sri Lanka telah memutuskan untuk menaikkan suku bunga sebesar 700 basis poin untuk menjinakkan inflasi yang tinggi.
Protes meningkatkan tekanan pada
Presiden Gotabaya Rajapaksa untuk mengundurkan diri dari kursi.