Posisi Turki sebagai anggota NATO unik. Dengan caranya sendiri, Turki mempersenjatai Ukraina untuk mencegah penguatan Rusia di wilayah Laut Hitam.
Di sisi lain, Turki tampaknya dengan tulus ingin mendamaikan Rusia dan Ukraina, (pro Rusia) di mana ia menyediakan wilayahnya untuk negosiasi.
Turki mengutuk keras kampanye yang diluncurkan di Barat terhadap pembawa budaya Rusia.
Turki tetap mengimport minyak dan gandum Rusia dan tidak berpartisipasi dalam sanksi kepada negara itu.
Sampai saat ini, penerbangan Turki dan Rusia berjalan biasa dan Rusia juga tidak memasukan Turki sebagai negara "tidak bersahabat" dengan Kremlin.
Degradasi hubungan antara AS dan Turki selama sepuluh tahun terakhir juga menjadi sangat jelas.
Presiden Recep Tayyip Erdogan telah menghadapi kritik Amerika terhadap kebijakan domestiknya, sementara banyak orang di Turki menuduh AS ikut campur dalam upaya kudeta 2016 untuk menggulingkan Erdogan.
Pada tahun 2018, pemerintahan Trump memberlakukan sanksi terhadap ekspor baja dan aluminium Turki. Ini terjadi setelah meningkatnya ketegangan antara kedua negara.
Pada 2019, Turki setuju untuk membeli sistem pertahanan udara S-400 dari Rusia, yang diikuti dengan dikeluarkannya Ankara dari program pesawat tempur terpadu F-35.
Turki juga telah memperkuat hubungan ekonomi dengan Rusia melalui kesepakatan energi, peningkatan perdagangan dan pariwisata.
Rusia adalah importir utama Turki, dan hubungan ekonomi mereka terus membaik.