Lihat ke Halaman Asli

Pemenang Krisis Ukraina-Rusia Bisa Jadi Cina

Diperbarui: 17 Februari 2022   16:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pasukan Ukraina bersiap digaris kontak. Mereka memiliki persenjataan berat dari bantuan Amerika dan NATO. Foto: Sohu.com

Krisis di Ukraina telah menjerumuskan hubungan AS-Rusia ke titik terendah sejak Perang Dingin.

Krimea sekarang menjadi wilayah Rusia. Meskipun tawanan perang telah dipertukarkan dan kedua belah pihak telah sepakat untuk menarik kembali senjata berat, kesepakatan yang ditandatangani pada 12 Februari di Minsk sejauh ini gagal menghentikan pertempuran di Ukraina Timur.

Bagi Washington, konflik antara Barat dan Rusia telah menjadi lebih dari sekadar konflik atas integritas wilayah Ukraina.

Jika tidak ada solusi yang layak untuk konflik Ukraina, pengamat percaya bahwa "pemenang" krisis yang tidak disengaja bisa jadi adalah Cina.

Alasannya menurut data dari Dana Moneter Internasional, Cina kini telah melampaui Amerika Serikat sebagai ekonomi nomor satu dunia yang diukur dengan paritas daya beli.

Beijing juga terlibat dalam pembangunan militer besar-besaran.

 Cina berusaha untuk muncul sebagai kekuatan dominan di wilayahnya sendiri dan juga dunia.

Rusia membantu mendorong kebangkitan Cina. Jika AS dan Eropa tidak memperbaiki hubungan permusuhan mereka dengan Rusia, Cina akan berada dalam posisi yang kuat untuk melawan AS lebih cepat.

Ekonomi Rusia merosot karena jatuhnya harga minyak dan sanksi Barat.

Dalam upaya putus asa untuk mencegah bencana ekonomi, Rusia beralih ke Asia untuk menjual sumber daya alamnya, mendapatkan pinjaman dan membentuk pengaturan militer baru.

Pada Mei 2014, misalnya, Moskow dan Beijing menandatangani kesepakatan gas senilai US$400 miliar .

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline