Lihat ke Halaman Asli

Yudi Kurniawan

TERVERIFIKASI

Psikolog Klinis, Dosen

Keluarga, Impian, dan Perayaan Kematian di Film "Coco"

Diperbarui: 3 Desember 2017   16:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gambar: moviefreak.com

Film yang baik dapat menghibur, namun film yang luar biasa mampu menginspirasi. Ya, inspirasi. Itulah yang saya rasakan kala menyaksikan Coco, film animasi produksi Disney Pixar yang disutradarai dan ditulis naskahnya oleh Lee Unkrich. Sebelum mengarahkan Coco, Unkrich pernah terlibat dalam proyek Monster Inc, Toy Story 2, Finding Nemo, dan menjadi sutradara Toy Story 3. Jadi tak mengherankan bila Coco memiliki alur cerita khas Pixar, sederhana namun bermakna.

Setelah pada 2015 Pixar sukses dengan Inside Out yang meraih penghargaan Oscar dan menampilkan ide cerita unik, Coco hadir dengan latar cerita yang tak kalah segarnya, yaitu budaya Meksiko dan konflik keluarga yang apik. Sebenarnya hampir semua film garapan Pixar (bahkan sebelum diakuisisi oleh Disney) berkualitas baik, terutama dari sisi alur cerita dan keindahan visual. Namun ada beberapa film animasi besutan Pixar yang saya kategorikan di atas rata-rata dan sangat menyentuh, yaitu trilogi Toy Story, Wall-E, Up, Inside Out, dan tentu saja Coco. Well, apa sih istimewanya Coco?

Pilih Keluarga atau Cita-Cita?

Adalah Miguel Rivera, anak laki-laki Meksiko yang mencintai musik dan ingin menjadi musisi terkenal seperti idolanya Ernesto de La Cruz. Celakanya, keluarga Miguel sangat membenci musik. Bahkan mereka tak mengizinkan ada musik dalam bentuk apa pun di rumah. Usut punya usut, kebencian itu disebabkan oleh sikap kakek buyut mereka yang seorang musisi namun tidak bertanggungjawab terhadap keluarganya. 

Akibatnya, Mama Imelda, nenek buyut Miguel, harus bekerja sebagai pembuat sepatu demi menghidupi anaknya yang bernama Coco. Sejak itulah, seluruh anggota keluarga Rivera berprofesi sebagai pembuat sepatu, kecuali Miguel.

Miguel senang sekali bercerita tentang keinginannya menjadi musisi kepada Mama Coco, ibu dari neneknya, meskipun Mama Coco sudah pikun dan tidak banyak berbicara. Mama Coco adalah anggota keluarga Rivera tertua yang masih hidup. Dalam diamnya, ternyata Mama Coco menyimpan satu rahasia keluarga yang akan terkuak di akhir film   

Dalam budaya tradisional Meksiko, ada perayaan Dia de los Muertos atau hari perayaan kematian. Perayaan tersebut dilakukan untuk menghormati anggota keluarga yang telah meninggal. Orang Meksiko percaya bahwa pada Dia de los Muertos,roh keluarga datang mengunjungi mereka yang masih hidup.

Hari perayaan kematian seharusnya menjadi acara kumpul keluarga, tapi tidak untuk Miguel. Dia memilih untuk mengikuti audisi musisi di alun-alun kota. Diam-diam Miguel keluar rumah dengan membawa gitar buatannya. Malang, usaha Miguel sia-sia karena ketahuan oleh neneknya. Dihakimi oleh seluruh anggota keluarganya supaya tidak lagi bermusik, Miguel lepas kendali dan mengucapkan sesuatu yang menyakiti hati neneknya. Demi mengejar impiannya menjadi pemusik, Miguel kabur dari rumah. Dan petualangan pun dimulai!

moviefreak.com

Animasi Memukau dan Alur Cerita Apik

Tanpa sengaja, Miguel memasuki alam roh karena terkena kutukan akibat mencuri benda kepunyaan orang yang sudah meninggal. Miguel awalnya bingung karena dia tidak terlihat oleh orang lain, namun bisa melihat keluarganya yang telah meninggal. Demi menghapus kutukan, Miguel dibawa menuju dunia orang mati untuk bertemu Mama Imelda, leluhur keluarga Rivera.

Perjalanan menuju dunia orang mati merupakan salah satu scene terbaik di film ini. Ailh-alih menyeramkan, dunia orang mati digambarkan penuh warna dan keceriaan layaknya kehidupan biasa. Orang yang mati tetap memiliki pekerjaan layaknya orang hidup. Mereka bahkan memiliki tempat tinggal dan pestanya sendiri. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline