Lihat ke Halaman Asli

Black Lives Matter dan Perlawanan Pesepakbola Papua terhadap Rasisme

Diperbarui: 9 Juni 2020   17:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Striker Persipura Jayapura, Boaz Solossa. ( KOMPAS.com/SUCI RAHAYU)

Dunia sepak bola ikut mengirim pesan solidaritas untuk kematian George Floyd, dari aksi langsung di Bundesliga Jerman hingga klub- klub di Eropa lainnya mengampanyekan tagar #BlackLivesMatter, slogan ini lahir sejak 2013 lalu sebagai perlawanan terhadap rasisme.

Skandal pembunuhan pria kulit hitam bernama George Floyd oleh empat aparat berkulit putih dari Kepolisian Minnesota, memicu unjuk rasa besar termasuk kerusuhan di Amerika Serikat. Tragedi ini menyulut solidaritas dari dunia olahraga, khususnya sepakbola. Dari lapangan hijau, protes dilakukan menuntut keadilan.

Hingga awal Juni ini, gerakan Black Lives Matter mulai menguat ke berbagai negara dengan melakukan aksi demonstrasi menuntut keadilan untuk Floyd, sekaligus mengutuk sikap rasisme ke orang kulit hitam, juga merebak di Inggris. Ribuan orang turun ke jalan-jalan di London, Bristol, Glasgow, dan Edinburg.

***

Membela Floyd itu bagus, tapi jangan lupakan bahwa di negeri kita sendiri sikap rasis masih selalu ditunjukkan kepada pesepakbola di Indonesia. Kenapa hanya di sepakbola? Karena saya hanya seorang suporter bola yang ruang lingkupnya ya di sepakbola. Terpenting, ayo lakukan gerakan yang sama untuk saudara-saudara Papua kita!

Seperti misalnya yang dialami oleh Persipura Jayapura di Liga Indonesia. Klub yang mayoritas dihuni oleh pesepakbola asli Papua itu kerap menyita perhatian publik karena mendapat perlakukan rasis. Sudah banyak kali teriakan monyet dan penghinaan yang selalu diterima tim Persipura baik dalam pertandingan di lapangan maupun saat berlatih dan uji coba lapangan.

Rasisme dalam sepak bola memang sangat dilarang di era sepak bola Industri saat ini, tetapi masih saja terjadi di sepakbola Indonesia. Ungkapan penghinaan terhadap pemain Persipura selalu dibalas dengan kemenangan yang datang dari doa dan dukungan semua orang Papua.

Apa yang yang menimpa skuat Persipura di Liga Indonesia adalah contohnya. Kalau kejadian rasial dibiarkan dan pelaku tetap bisa berada di stadion bukankah sudah membiarkan rasisme menang?

FIFA, sebenarnya sudah sejak lama melakukan kampanye anti-rasisme. Lewat slogan "Let's Kick Racism Out of Football". Hal itulah yang membuat banyak kapten tim eropa yang memakai ban kapten bertuliskan "unite against racism".

Kasus rasis di sepak bola memang sering terjadi dan sudah sejak lama terjadi. Konflik ras, suku, politik, hingga etnis yang seringkali  terjadi memang bisa jadi latar belakang kejadian rasis di dalam olahraga yang menjadi favorit segala umat.

Kasus yang menimpa para pemain bola asal Papua bukan saja sejak era sepak bola industri saat ini, namun telah mereka terima sejak 1990-an kerap mendapat sindiran rasialis. Bahkan dalam sebuah pertandingan mereka sempat mendapat lemparan kulit pisang saat bertanding.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline