Lihat ke Halaman Asli

Miris, Borok Sepak Bola Indonesia Kembali Terbongkar

Diperbarui: 20 Maret 2020   17:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Skuat PSPS Pekanbaru 2020. (Instagram PSPS)

Ketua Umum PSSI resmi menyatakan Liga 1 dan Liga 2 ditunda. Keputusan diambil setelah diskusi dengan Exco, Menpora dan klub. Hal ini disebabkan karena adanya virus corona/covid-19, yang sudah masuk ke Indonesia.

Penundaan kompetisi telah diefektifkan sejak Senin (16/3/2020) lalu dan rencanakan akan dilangsungkan selama dua pekan kedepan. Namun, andai wabah penyebaran virus Corona masih belum dapat ditanggulangi, maka ada kemungkinan penundaan ini menjadi lebih lama.

Akan tetapi dibalik keceriaan sepak mula Liga 1 maupun Liga 2, ada kemirisan yang kembali terbongkar. Kali ini bukan soal mafia bola atau pengaturan skor, tapi persoalan yang selalu muncul diawal kompetisi yakni soal tunggakan gaji pemain yang belum dibayarkan.

Hal ini terungkap kala, Asosiasi Pesepakbola Profesional Indonesia (APPI), sangat berkeberatan dan kecewa terhadap pelaksanaan Kompetisi Liga 2 musim 2020 yang berjalan tanpa adanya rekomendasi Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI) dan masih mengikutsertakan klub-klub bermasalah.

Tunggakan gaji pesepakbola di Indonesia seolah menjadi hal biasa. PSSI dan PT Liga Indonesia Baru (LIB) juga tak menunjukkan keseriusan dalam menuntaskan masalah ini. Malah membiarkan klub bermasalah tetap berkompetisi.

Klub-klub Liga 2 2020 yang belum membayarkan utang gaji ke para pemainnya. Mereka adalah PSPS Riau, Kalteng Putra, Mitra Kukar, Perserang Serang, serta PSMS Medan. Malahan ada kasus yang mengejutkan terkait PSPS Riau.

PSPS seharusnya tidak dapat mendaftarkan pemain baru selama tiga periode karena dihukum National Dispute Resolution Chamber (NDRC) yang merupakan program percobaan FIFA dan dipercayakan kepada PSSI. Kondisi tersebut akibat mereka belum melunasi kewajibannya.

Melalui Kuasa Hukum Asosiasi Pesepakbola Profesional Indonesia (APPI) sekaligus perumus NDRC Riza Hufaida kecewa dengan kondisi tersebut. Saking kesalnya, dia pun siap membawa permasalahan ini ke FIFA dan juga FIFPro. Bila terbukti, PSSI bisa saja kena sanksi.

Lantas bagaimana sikap PSPS atas kasus tersebut?

Dikutip dari laman detiksport, manajemen klub telah membuka suara mengenai kasus penunggakan gaji pemain. Tim berjulukan Askar Bertuah menegaskan akan menyelesaikan kewajibannya.

Direktur Utama PSPS, Arsadianto Rahman, berkomitmen untuk membayar tunggakan gaji pemain yang totalnya sebesar Rp 781,5 juta. Cara membayarnya dengan memanfaatkan subsidi klub Liga 2 2020 sebesar Rp 1,150 miliar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline