Lihat ke Halaman Asli

Yudi Kresnasurya

PRIBADI BIASA

Pendidikan Moral di Era Milenial

Diperbarui: 2 September 2019   11:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Siapa yang akan menduga sebelumnya bahwa perkembangan teknologi yang terjadi saat ini ternyata melampaui dari perkiraan sebelumnya. Sangat pesat sehingga boleh dibilang bahwa perkembangan teknologi yang ada sekarang sulit diduga puncak kemapanannya. 

Namun demikian ada Jjuga yang menganggap bahwa teknologi yang ada sekarang adalah puncak dari pemikiran manusia, sehingga pihak yang mengganggap demikian memprediksi bahwa manusia akan segera mengalami penurunan masa eksistensinya di dunia.

Di sini saya tidak akan membahas tentang prediksi -- prediksi tersebut. Saya akan memfokuskan tentang tantangan hidup utamanya bagi generasi penerus yang akan melanjutkan peradaban manusia khususnya di Indonesia dalam masa -- masa generasi teknologi canggih atau di zaman milenial ini.

Pada zaman saya masih bersekolah dulu mulai dari sekolah dasar sampai sekolah menengah atas, masih mengikuti pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP). Selain itu ada pelajaran PSPB (Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa). 

Tentunya ada pelajaran agama, dan semua pelajaran tersebut sangat mendukung terbentuknya moral yang baik bagi seorang pelajar sehingga ke depannya kelak dapat menjadi manusia yang berbudi pekerti luhur. 

Namun kini pelajaran -- pelajaran tersebut (kecuali pelajaran agama) sudah tidak ada. Begitu juga dengan metoda pembelajaran yang sekarang sangat jauh berbeda dengan yang dahulu. 

Pada zaman milenial ini, strategi pembelajaran memang harus berbeda karena tantangan yang ada juga berbeda. Namun demikian seharusnya pendidikan yang mengajarkan moral dan etika secara nilai harus dipertahankan melalui kemasan khusus.

Pada zaman milenial seperti sekarang ini, berbagai aplikasi yang ada seperti email, whattsapp, facebook, line, instagram, twitter, serta yang lainnya bukan merupakan barang yang aneh bagi para pelajar, bahkan bisa jadi mereka lebih pandai menggunakannya dibandingkan dengan kita (saya). 

Aplikasi -- aplikasi ini memang membantu dalam pembelajaran seperti dalam menyelesaikan tugas -- tugas sehingga dapat lebih menghemat waktu dan biaya apalagi bila ditujukan untuk mengurangi penggunaan kertas (paperless). 

Namun demikian dalam penggunaan aplikasi -- aplikasi tersebut kerap terlupakan untuk menggunakannya secara bijaksana. Hal ini terjadi karena aplikasi -- aplikasi tersebut bersifat terbuka sehingga siapa saja dapat masuk dan memanfaatkannya. 

Karena siapapun dapat menggunakannya sehingga tidak tertutup kemungkinan banyak yang menyebarkan konten -- konten yang tidak baik yang dapat mempengaruhi para pelajar dalam bertutur kata maupun perilaku lainnya sehingga menjadi tidak baik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline