Sebagai sebuah pelajaran yang kompleks, IPS dibangun berdasarkan beberapa disiplin keilmuan. Ekonomi, sosiologi, sejarah, geografi, antropologi yang dituangkan menjadi satu kesatuan bernama Ilmu Pengetahuan Sosial terpadu.
Dalam pembelajaran IPS terpadu tingkat SMP, materi yang disajikan merupakan gabungan dari materi -- materi di atas yang dituangkan dalam sebuah permasalahan. Karena berupa gabungan, sulit rasanya menemukan detil -- detil dari masing -- masing disiplin keilmuan.
Materi keruangan yang menggambarkan interaksi negara - negara dikawasan ASEAN hanya digambarkan berdasarkan bentang alam, letak astronomis, penduduk, perekonomian, dan sumber daya alamnya secara amat ringkas.
Untuk memberikan pengalaman belajar yang berbeda, model pembelajaran yang saya pilih adalah pembelajaran kolaboratif. Tak sekedar kerkel (kerja kelompok) yang pada umumnya satu orang yang bekerja dan sisanya sekedar berkumpul, kerkel kali ini dibuat berdasarkan lajur bangku. Siswa tak perlu ribut mencari kelompok. Mereka juga tidak harus berkumpul berdasarkan kemampuan akademis. Semua terjadi begitu saja.
Keuntungan model penentuan kelompok seperti ini adalah mengefektifkan waktu dalam pengerjaan tugas. Tentu arahan dalam pengerjaan tugas wajib dilakukan, agar mereka tetap fokus pada tujuan dan yang penting, tahu apa yang akan dikerjakan.
Model pembelaharan ini saya pilih dari berbagai penelitian menyebutkan bahwa pembelajaran kolaboratif (Collaborative Learning) mampu membangun kapasitas siswa dalam mentoleransi perbedaan, lalu mengkolaborasikannya melalui komunikasi dengan sesamanya. Kata kuncinya toleransi, kolaborasi dan komunikasi.
Kolaboratif juga mengajarkan siswa untuk mampu bersabar menghadapi rekan sekolompoknya. Mengingat dalam kelompok itu tentu ada saja siswa yang belum tahu bagaimana harus berlaku.
Mereka juga akan menemukan cara untuk mengajak agar rekan yang belum fokus tersebut segera berbenah dan bergabung dalam belajar bersama yang interaktif. Caranya beberapa diantaranya cukup ekstrim. Berteriak - teriak, menarik - narik pakaian dan kadang kala saling menggoda.
Meski pembelajaran kolaboratif sering dipertukarkan dengan pembelajaran kooperatif, dalam literatur disebuatkan bahwa pada praktiknya kolaboratif meminta seluruh anggota tim untuk melebur menjadi satu tujuan.
Setiap siswa diasah kemampuannya dalam berpikir kritis (critical thingking) mencari jawaban atas solusi yang mereka butuhkan. Kemampuan berkomunikasi mereka juga diasah, bagaimana secara cepat dan tepat mereka menyadari tugas yang diembannya, lalu secara fair membagikannya kepada anggota yang lain. Dalam portalnya, Unesco menyebutkan bahwa Kolaboratif adalah sebuah ketergantungan yang positif.
Kesempatan seluasnya bagi siswa untuk menggali informasi di luar buku teks yang mereka dapat, akan meningkatkan kreatifitas (creativity) mereka. Mereka akan belajar menyaring kata kunci dalam melakukan pencarian dalam gadget masing - masing.