Sejak kecil kita memang sudah berkecimpung dengan keuangan. Ketika Sekolah Dasar, saya selalu diberi uang jajan, kadang uang jajan tersebut saya tabung. Saat kenaikan kelas tabungan sekolah akan dibagikan. Kalau sudah bagi tabungan rasanya seneng dan bangga punya uang banyak. Walaupun saya sudah dikenalkan menabung sejak kecil tetapi saya tidak tau tujuan menabung untuk apa. Yang saya tau menabung itu baik, makanya dulu menabung.
Kalau jaman sekarang apa masih ada ya tabungan sekolah ? Kalau ada lebih baik kerja sama dengan bank, terutama bank yang sudah di jamin LPS (Lembaga penjamin Simpanan). Uang lebih aman karena bila terjadi masalah pada bank tersebut uang kita di jamin LPS selama nominalnya kurang dari 2 miliar. Selain aman, bekerja sama dengan bank juga akan memberikan pengetahuan anak tentang perbankan.
Setelah lulus SD sampai lulus Diploma saya tidak menabung, tidak pernah terpikirkan tentang tabungan. Saya seperti tidak mempunyai pandangan bagaimana mengatur perencanaan keuangan, seperti biaya kuliah, biaya liburan, asuransi, dan beli rumah. Kadang saya membayangkan bagaimana jika uang saku dari SD sampai lulus D3 di tabung, atau dibelikan emas, pasti sudah banyak. Memang belum waktunya untuk memikirkan tentang keuangan, biasanya kita hanya disuruh belajar dan belajar. Tetapi apa salahnya anak diajarkan bagaimana mengatur keuangan.
Setelah lulus kuliah dan mulai bekerja, saja tidak mengenal pentingnya mengatur keuangan. Masalah terbesar saya adalah ketika saya tidak melihat apa yang saya butuhkan, dan saya hanya melihat apa yang saya inginkan. Dalam hati saya seperti menyesal, mengapa saya tidak menyisihkan gaji dari pertama kerja, saya pasti sudah bisa mencicil rumah. Saat usia bertambah, tanggung jawab secara financial juga bertambah, tetapi pendapatan tidak bertambah dan semakin tergerus nilai inflasi.
Mungkin banyak orang yang merasakan apa yang saya alami. Inilah kenyataan saya, walaupun saya sudah sekolah sampai tingkat diploma, tetapi saya tidak mendapatkan pendidikan bagaimana mengatur keuangan. Saya kira bukan haya saya yang tidak mendapatkan pendidikan bagaimana cara mengatur keuangan. Dari kecil saya hanya diajarkan bagaimana mencari uang, tetapi tidak diajarkan bagaimana cara yang tepat untuk menggunakan uang.
Hari berganti hari, usia dan kebutuhan terus bertambah, dan dengan kagetnya saya tersadar. Wah.. ternyata saya sudah tua juga, saat itu usia saya sekitar 27 tahun. Yang paling membuat saya kaget adalah saya belum mempunyai rumah dan parahnya lagi saya tidak memiliki simpanan sama sekali.
Kemana saja gaji saya selama ini? Dalam pikiran saya timbul bermacam pertanyaan penyesalan, Kenapa saya tidak membuat simpanan atau investasi? Buat apa saja uang gajian saya habiskan? Mengapa uang gajian tidak saya gunakan untuk membuat usaha yang bisa menambah pendapatan? Jika saya kredit rumah, mungkin sudah 5 tahun berjalan, tinggal 5 tahun lagi lunas, dan saya bisa memiliki rumah. Walaupun gaji tidak terlalu besar, tetapi waktu itu kebutuhan saya tidak banyak.
Dari pengalaman yang berharga itu, kemudian saya banyak membaca blog dan buku bagaimana mengatur keuangan. Saya juga mulai tertarik apa itu investasi, seperti deposito, reksadana dan saham. Saya juga sempat mengikuti pengenalan tentang investasi saham oleh OJK wilayah Bandar Lampung. Saya juga mencari tahu bermacam-macam produk bank, hingga akhirnya pada tahun 2016 saya memutuskan untuk membuat DPLK BNI. Memang tidak dijamin oleh LPS, menurut saya setiap produk ada kelebihan masing-masing. Kita tinggal menyesuaikan saja dengan tujuan financial.
Saya juga masih dalam proses menuju impian financial, saya harus mulai mengatur keuangan agar tujuan financial saya tercapai. Saya harus mempunyai tabungan untuk dana cadangan, tabungan itu tidak akan pernah dipakai kecuali situasi mendesak. Memiliki asuransi, deposito, dan dana pensiun. Sebenarnya dari tahun 2011 saya sudah membuka tabungan di Bank BNI, tetapi saya tidak menggunakannya sebagai tabungan. Saya hanya menggunakan untuk penerimaan gaji, dan transfer uang. Jadi saldo tabungan saya selalu habis.
Peribahasa mengatakan "rajin pangkal pandai, hemat pangkal kaya". Itulah peribahasa yang sering saya dengarkan waktu SD. Kalau dipikir-pikir bener juga ini peribahasa, coba kalau selama ini saya hemat, walaupun tidak dibilang kaya setidaknya saya mempunyai sejumlah uang. Selain berhemat ada satu lagi yang harus diperhatikan yaitu, memperbesar pendapatan. Pengeluaran jangan sampai melebihi pemasukan. Buat daftar mana yang merupakan kebutuhan dan keinginan, mana yang bisa dikurangi atau ditunda.
Mari membuat perencanaan keuangan, agar kehidupan lebih tertata, nyaman dan aman. Buka tabungan di Bank yang menjadi anggota LPS, agar uang lebih terproteksi. Siapkan dana cadangan untuk kejadian yang mendadak, memiliki asuransi, siapkan dana pensiun, pendidikan anak, dan biaya liburan. Lebih cerdas dalam mengatur keuangan, hidup akan lebih aman dan nyaman.