Lihat ke Halaman Asli

Yudi Hardi Susilo

Master of Clinical Pharmacy

Gara-gara Penulis Bernama Tere Liye

Diperbarui: 20 Agustus 2017   06:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

koleksi pribadi

Suatu hari anak sulungku minta diantar ke toko buku terdekat. Entah ada angin apa, tiba-tiba dia mengambil buku berjudul Bintang dari penulis bernama Tere Liye. Biasanya kalau ke toko buku yang diambil pasti komik One Punch Man, Assassination Classroom atau serial New Legenda Naga. Karena rasa penasaran, aku bertanya untuk apa beli buku itu. Terus terang aku sendiri tidak terlalu berminat membaca buku, apalagi nama penulisnya aneh gitu. Untunglah, anakku bilang beli buku itu hanya untuk tugas literasi di sekolah. Bukunya dikumpul jadi tidak untuk dibaca. 

Sebelum dikumpul dan dibawa ke sekolah, buku itu sempat menginap dirumah dan dibaca oleh ibu dan adiknya. Sejak itulah, dunia terasa kelam, langit menjadi gelap, aura ketagihan menyelimuti isi rumah. Setelah habis dilahap seluruh isi buku berjudul Bintang itu, ibunya anak-anak minta diantar lagi ke toko buku lagi. Matanya langsung terbelalak seperti kelaparan setelah melihat tumpukan buku-buku Tere Liye didepannya begitu banyak. Aku tepok jidak melihatnya. Kali ini diambilnya buku yang berjudul Bumi, Matahari dan Tentang Kamu. Setelah bayar di kasir, langsung buru-buru pulang dan sampai rumah langsung dibaca tanpa kenal waktu. Anak bungsu yang tadinya cuma hobi baca komik Yugi-Oh, Detektif Conan dan Attack of Titan, ikutan-ikutan ibunya melahap habis buku-buku Tere Liye. Aku dicuekin tiap hari. Huffttt.

Tidak puas dengan empat buku yang telah dibeli, beberapa hari yang lalu borong lagi buku berjudul Tentang Kamu, Hujan, Rindu dan Sepotong Hari yang Baru. Aku sendiri sama sekali tidak baca satu pun. Sewaktu kutanya ibunya anak-anak dan anak bungsuku,"Emang buku segitu banyak udah abis dibaca?" Serentak dijawab,"Udah doong!" 

Dan ternyata, anakku bisa menceritakan isi bukunya. Aku cukup terkejut. Buku setebal itu bisa diceritakan dengan semangat membara. Tidak mudah untuk menarik minat seorang anak untuk membaca buku-buku tebal tanpa ilustrasi gambar seperti komik. Apalagi buku-buku pelajaran sekolah, yang dibuka kalau ada PR dari gurunya. 

Tere Liye, seolah menjelma menjadi makhluk keenam di rumahku saat ini. Ada dua dewasa, dua anak dan satu kucing maka yang keenam adalah Tere Liye. Waktu, uang dan tenaga hampir tersita untuk buku-buku dari seorang bernama Tere Liye. Terus terang aku cemburu, iri dan sebel bila dicuekin begini ..uhuk... baper jadinya. Kekuatan kata-kata dalam buku Tere Liye, meminjam judul lagunya Afghan, sudah mengalihkan dunia istri dan anakku. Ibarat mengkonsumsi narkoba, mereka sudah ketagihan dan perlu rehabilitasi terhadap pesona kata-kata Tere Liye. 

Bila Tere Liye membaca tulisan ini, tolong sembuhkan keluargaku hiks. Bukumu telah membius istri dan anakku. Kau ibarat candu yang luar biasa memabukkan dan melenakan. Namun, dalam hati yang paling dalam, terima kasihku karena bukumu telah menguras isi dompet keluarga kami. Anggaran buat buku kami makin bertambah hee. Masih banyak yang belum dibeli, masih banyak yang belum dibaca. Rasanya pengen bawa orangnya saja ke rumah biar puas hee. Jangan sampai istri dan anakku merengek minta ketemu penulisnya juga. Wadouw ampun deh.

Selamat buat Tere Liye yang telah menjadi penulis favorit keluarga kami. Aku yang pengen bikin buku tak pernah jadi-jadi. Ngiler lihat bukumu yang laris manis. Salam literasi dan maju terus penulis Indonesia. Damai dan sukses selalu bro Tere Liye :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline