Lihat ke Halaman Asli

Makassar Tidak Kasar

Diperbarui: 25 Juni 2015   22:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tulisan ini karya Syam Hijrawati, seorang fotografer lepas, pemerhati sosial, wisata dan kuliner. Saat ini sedang aktif sebagai karyawan di sebuah perusahaan automotif swasta di Makassar. MAKASSAR TIDAK KASAR kakak, hati kami biru! Biru itu tenang tapi menekan/kuat, sama seperti kami yang keras tapi kami tidak kasar. Dua hal itu berbeda kakak, jelas sangat berbeda. Keras itu karakter, setiap bangsa/pribadi yang memiliki prinsip dan berkomitmen atasnya pastilah akan memiliki karakter tersebut agar tak ada pelanggaran. Disini, kami masih sangat menghormati dan mempertahankan adat-istiadat, masih banyak hal tabu yang tidak boleh dilanggar. Adat adalah identitas, dan itu yang harus kami jaga dan lestarikan, kami adalah pewaris dan harus bisa ikut mewariskan bukan menjadi generasi yang melupakan. Lantas kapan keras bisa menjelma menjadi kasar? Ketika prinsip yang kita pegang itu tidak di topang dengan intelektualitas yang memadai, sehingga kita yang merasa memiliki ilmu dan kuasa akan menjadi arogan dan haus untuk memberontak, menganggap diri paling benar. Kasar itu luapan emosi yang melekat sehingga menjadi ciri/sifat, yang seperti ini bisa kita temukan dimana saja. Ubahlah mindset kalian, kasar tak melulu bicara soal Makassar.

MAKASSAR TIDAK KASAR Kakak, sedari kecil kami pun diajari oleh orang tua dan lingkungan kami tentang arti bersama dan berbagi. Kami punya ego tapi kami tidak egois. Ribut-ribut kecil itu wajar kakak, karena kami pun bagian dari bangsa yang masih belajar menuju dewasa. Tujuan kami satu, sama seperti ditempat kakak atau dimanapun itu… kami hidup dan bergerak menuju Kebenaran dan kebaikan sejati, hanya jalannya saja yang berbeda-beda bahkan ada yang sampai lupa jalan kesana.

MAKASSAR TIDAK KASAR Kakak, senyum kami super dan kami juga ber-sosialisasi bahkan solidaritas kami tak ada yang meragukannya. Mahasiswa kami bukan hanya mereka yang menjadi bintang kerusuhan di TV dan Koran-koran. Apakah Kakak tahu kalau di Makassar pun sudah banyak berdiri komunitas yang mempertemukan dan mendudukkan bersama anak muda dan anak tidak muda tapi berjiwa muda yang sehobby dan satu-Visi? Kebanyakan dari mereka masih berstatus Mahasiswa loh, tapi mereka bukan golongan mahasiswa manja yang hanya berharap perubahan dengan berteriak, merusak dan membakar. Mereka bergerak, melakukan perbaikan membuat kegiatan yang melibatkan kreatifitas dan emosional. Kemana media? Entah! Mungkin sedang buang air besar sehingga tak bisa meliput…

Walau saya bukan bagian aktif dari mereka tapi saya bangga kakak dan terlebih lagi saya benar bangga dengan Makassarku kini dengan segala perubahan dan perkembangannya. TAWWA NA’ MAKASSAR BISA TONJI!

MAKASSAR TIDAK KASAR Kakak, turunlah kesini, bergabunglah bersama kami dan rasakan kami dengan menu yang berbeda. Jangan pernah menilai kami sebatas pemberitaan media, bukankah kita sama-sama tahu bahwasanya bad news adalah rating dan rating adalah pundi-pundi bagi mereka, sangat pragmatis bukan?! Mereka hanya datang saat kita ribut, kemudian pergi saat kita saling merangkul dan datang kembali saat ada keributan lain yang sebenarnya pun tidak perlu dibesar-besarkan. Apalagi memang mereka sangat terlatih untuk menambah-nambahkan dan menggabung-gabungkan satu kejadian dengan kejadian lain, heeey!!!!! Plis jangan lebay deh… beritakanlah sewajarnya, jangan mengarahkan opini publik, kami bisa menyelesaikannya baik-baik. Jangan menambah masalah kami dengan citra buruk.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline