Lihat ke Halaman Asli

Puisi | Pena Pena

Diperbarui: 15 Juni 2019   22:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku tak memujanya, hanya suka bergelut rasa dengannya.
Menari bersama dalam goresan getir, senang dan terkadang hampa.
Pena pena bahkan mengajakku gila. Corat coret saja tak peduli akhirnya.
Biarkan mengalir, karena pena pena dan aku adalah sama.
.......

Kamu ingat pena,
Seminggu pernah ku meletakkanmu tanpa menyapa. Tergeletak di meja lusuh di belakang sana. Kamu seperti marah  menyala, selalu menatap dan mengajak bicara.
Aku meraihmu, lalu menuliskan sajak sajak kemarahanmu dilembaran yang makin tak terjamah kata.

.......
Pena, harmoni kita bukan laiknya kekasih yang putus nyambung tak ada ujungnya. Tapi kita sahabat sejati yang penuh rasa bersama melewati warna warna dunia.
Kelak kalo kita tlah mampu, ku ingin mengajakmu menuliskan indahnya bumi Nya dari ujung putih utara dan selatan dan dari ujung hitam timur dan barat.

Tapi nanti, saat kita adalah harmoni tanpa cela.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline