Setiap orang menikah dengan satu tujuan, menyatukan hidupnya dengan pasangan sampai maut memisahkan. Namun, siapa yang sangka kalau maut langsung segera memisahkan sesaat setelah hidup mereka dipersatukan. Itulah yang dialami Lutfiani, seorang istri yang ditinggal pergi suami yang baru dinikahinya selama 14 hari, Deryl, untuk selama-lamanya akibat tragedi pesawat Lion Air JT-610.
"Hati-hati!" menjadi kata-kata terakhir yang terucap. Belum sempat menikmati keindahan dan tantangan pernikahan, sang istri harus ikhlas kehilangan suaminya yang hendak bekerja.
Hal serupa dialami oleh Karlina, seorang istri yang baru menikah awal tahun 2018 dengan Lutfi. Yang lebih mengharukan, Karlina harus rela ditinggalkan untuk selamanya dalam keadaan tengah hamil enam bulan.
Ada pula yang sudah terlebih dahulu dipisahkan oleh maut sebelum hidup mereka dipersatukan dalam pernikahan. Yolanda harus mengucapkan selamat tinggal untuk selamanya pada Janry, kekasihnya yang sudah berjanji akan menikahinya bulan Mei 2019 mendatang.
Harapannya untuk membangun rumah tangga dengan pasangannya pupus seketika tatkala mendengar kabar tragedi pesawat itu.
Tidak ada yang pernah menyangka, apalagi berharap tragedi tersebut menimpa orang yang kita kasihi. Pernikahan sudah direncanakan, rumah tangga sedang manis-manisnya, kebutuhan anak sedang dipersiapkan. Yang diharapkan tentu sukacita, bukan dukacita. Tidak ada yang mempersiapkan untuk kematian pasangan.
Tidak perlu dipertanyakan, kesedihan pasti menjadi teman akrab mereka di saat-saat seperti ini. Apalagi dipertanyakan firasatnya sebelum kejadian. Rasanya menangis menjadi satu-satunya cara meluapkan perasaan mereka, dan air mata menjadi makanan sehari-hari.
Bagaimana jika hal itu menimpa kita? Ditinggal orang yang begitu kita kasihi selamanya disaat api cinta itu sedang membara begitu hebatnya.
Rasanya kita tidak ingin menjawab pertanyaan itu. Membayangkannya saja enggan. Tapi setidaknya kejadian ini membawa kita pada sebuah perenungan yang dalam. Respon seperti apa yang tepat tatkala menghadapi situasi seperti ini?
Kita sebagai korban
Tidak ada yang bisa saya katakan selain rasa belasungkawa. Sebagai korban, mungkin anda juga sudah kenyang menerima nasehat dan kata-kata penghiburan dari orang-orang disekitar anda