Lihat ke Halaman Asli

Jurus Melawan Bully dengan Mental "Pancasila"

Diperbarui: 2 Januari 2022   18:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Masih terjadi dan entah sampai kapan berakhir,mental bully generasi milenial yang terus berkembang menjadi seperti budaya. Entah siapa yang memulai pertama kali?bahkan satu dunia ini tidak luput buaday "bully". Keresahan seperti yang seharusnya menjadi perhatian khusus.

Siapa yang tidak mengenal dengan istilah" bully/perundungan:? Segala bentuk penindasan atau kekerasan yang dilakukan dengan sengaja oleh satu orang atau sekelompok orang kepada orang lain, dengan tujuan untuk menyakiti atau menurunkan martabat dan dilakukan secara terus menerus.

Hampir setiap orang didunia pernah merasakan bagaiman pahitnya dibully. Pembully akan merasa puas apabila orang yang ia merasa tertekan. Sikap seperti inilah yang harus dihapus dari sebuah negara,terkhusus untuk Bangsa Indonesia dan sampai menjadi budaya yang turun temurun apalagi sampai mandarah daging kepada anak cucu kita nantinya.

Bahkan ada survei yang mengatakan 41% murid di Indonesia pernah merasakan bully. Miris memang!kenapa bangsa sebesar ini masih ada perilaku seperti itu. Generasi kitalah yang harus memutus rantai budaya bully agar tidak merambah ke generasi dibawah kita.

Tindakan bully tidak harus dengan kata-kata kasar atau dengan kata-kata ejekan,contoh tindakan bully lainnya yaitu memukul,mendorong,menendang,menjambak dan sebagainya.Yang merupakan tindakan membully dalam bentuk fisik.

Zaman semakin berkembang dan maju,tindakan bully. Tindakan bully kini tidak harus dengan kata yang katar atau dengan mendorng,memukul,dan sebagainya. Lalu dengan apa?kini pembully dapat memanfaatkan kecanggihan social media yang disalah gunakan untuk ajang bully membully.

Kejahatan seperti itu dinamakan dengan istilah Cyberbullying. Bahkan di zaman sekarang semakin parah Cyberbullying yang terjadi. Instagram,facebook,twitter,telegram dan masih banyak aplikasi media social lainnya. Kini sudah tidak menjadi aplikasi bertukar pikiriran atau dimanfaatkan sebagai media promosi lagi.

Tapi kini malah menjadi lahan baru untuk membully seseorang,seperti menghina dan mencaci di kolom komentar,mengirim pesan pribadi,mengirim voice note,mengirim gambar ejekan dan masih banyak lagi.

Apalagi di perparah dengan situasi pandemic covid-19 seperti saat ini. Yang kita di tuntut untuk melakukan aktivitas hanya dirumah. Entah jenuh atau apa?di media sosial makin marak aksi bullying. Mental bangsa yang seperti inilah yang harus di rubah.

Jangan menganggap enteng dengan kata "bully" karena dapat mengakibatkan hal buruk terjadi. Seperti di korea misalnya,wanita yang dibully oleh banyak orang lewat media sosial berakhir dengan bunuh diri. Hal ini jelas betentangan dengan nilai nilai Pancasila,terutama sila pertama dan sila yang ke 2 yang berbunyi:

"Ketuhana Yang Maha Esa"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline