Lihat ke Halaman Asli

YUDI NURDIAN

administrasi

Representasi Perempuan dalam Media Sosial

Diperbarui: 4 Agustus 2023   13:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Persoalan gender bukanlah persoalan baru dalam kajian-kajian sosial, hukum, keagamaan, maupun yang lainnya. Namun demikian, kajian tentang gender masih tetap aktual dan menarik, mengingat masih banyaknya masyarakat khususnya di Indonesia yang belum memahami persoalan ini dan masih banyak terjadi berbagai ketimpangan dalam penerapan gender sehingga memunculkan terjadinya ketidakadilan gender.

Kesetaraan gender kendati sudah disosialisasikan cukup lama di Indonesia, ternyata hingga kini menjadi perdebatan dari berbagai pihak. Bahkan intensitasnya makin menguat. Hal itu karena banyaknya permasalahan yang dihadapi kaum perempuan, terkait dengan ketidakadilan dalam memperoleh hak ekonomi, politik, sosial, dan hukum.

Isu seputar perempuan seperti kesetaraannya dengan laki-laki, terutama dalam sektor publik, memang sudah menjadi kebijakan pemerintah. Tapi, kondisi aktual masyarakat saat ini kurang mendukung upaya penyetaraan itu. Masyarakat kita masih menganut ideologi dan nilai-nilai patriarki, yang menganggap posisi laki-laki lebih dominan ketimbang perempuan. Bahkan, perempuan masih dianggap sebagian besar orang sebagai subordinat dari sebuah sistem.

Pencitraan perempuan dapat dilihat di media sosial yang memproyeksikan perempuan. Tidak sedikit dalam media sosial yang menampilkan wajah dan bentuk tubuh perempuan sebagai daya tarik belaka. Begitu pula dengan iklan, sinetron-sinetron dan film masih juga menggambarkan perempuan sebagai makhluk yang lemah, bergantung pada pria, yang hanya di rumah dan peran utamanya hanyalah menyenangkan kaum pria. Selain itu, banyak pula perempuan yang dianggap sebagai simbol seks.

Sosok perempuan dalam media sosial seperti itu tentu saja menunjukkan penilaian yang merugikan mereka. Lantas bagaimana representasi perempuan dalam Media sosial?

Peranan Media sosial dalam Menciptakan penilaian tentang Perempuan berfungsi menyampaikan fakta. Karena itu, gambaran perempuan dalam media sosial merupakan cermin realitas yang ada dalam masyarakatnya.

Meskipun, kaum perempuan bisa saja berdalih itu adalah cita-cita dan perjuangan. Ketimbang mempersoalkan terus-menerus mengenai kesetaraan gender, feminis -- maskulin, alangkah lebih baiknya jika perempuan lebih menunjukkan prestasi, karya, kecakapan dan peran dalam masyarakat yang tidak kalah dengan kaum laki-laki. Sehingga, gambaran ideal tentang perempuan pun akan tampil dalam media sosial. penilaian tentang perempuan melekat dalam berbagai platform media sosial banyak tayangan; dari promosi produk, bahkan postingan kaum perempuan yang seksi dan sosialita. Gambaran tentang perempuan pemarah, pencemburu, pendendam,matrialistis ada dalam tayangan platform media sosial. Serta Tayangan memprogandakan pasangan sebagai hal yang paling penting dalam kehidupan perempuan.

 Dalam kondisi ini, perempuan tanpa menyadari sesungguhnya telah diperalat secara sosial untuk berada di dunia marjinal yakni dunia objek, dunia citra, dan dunia komoditas. Dalam konteks perempuan dan gender, media sosial dapat digunakan sebagai bekal untuk masuk dalam arena perjuangan tanda dimana perempuan harus mampu merebut makna. Hal ini perlu dilakukan agar yang berhubungan dengan perempuan tidak lagi ditempatkan dalam posisi marjinal terus menerus. Bahwa perjuangan gender adalah perjuangan mengubah relasi memandang dan dipandang. Artinya, perempuan harus lebih mengarah pada political subject daripada political object karena dengan demikian ia punya komitmen atas perubahan yang lebih baik bagi dunia dan peletakan sejarahnya sendiri.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline