Lihat ke Halaman Asli

Yudi Setiawan

Mahasiswa

Pertumbuhan Kopi Robusta

Diperbarui: 22 Agustus 2021   23:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

kopi merupakan tanaman perkebunan yang sudah lama dibudidayakan. Tedapat lebih dari 100 spesies, atau jenis kopi yang dikenal. Namun kebanyakan rasanya tidak enak atau memiliki hasil panen yang kecil. Hanya ada empat jenis kopi yang menjadi komuditas populer di dunia yaitu arabika,robusta,liberika,dan excelsa. Selain sebagai sumber penghasilan rakyat, kopi menjadi komuditas andalan ekspor dan sumber pendapatan devisa negara.

Konsumsi kopi dunia mencapai 70% berasal dari spesies kopi arabika dan 26% berasal dari spesies kopi robusta. Kopi arabika (Coffea arabica) berasal dari afrika, yaitu daerah dipegunungan di Etiopia. Awalnya mereka mencoba memakan buah kopi dan merasakan adanya tambahan energi seiring dengan perkembangan pengetahuan dan teknologi, buah kopi dimanfaatkan menjadi minuman kopi seperti saat ini.

Masyarakat di Arab menyebut minuman yang berasal dari biji kopi tersebut sebagai Qahwa yang berarti pencegah rasa ngantuk. Kata Qahwa (Qahwain) berasal dari bahasa Turki, yaitu kahven. Adapun istilah kopi untuk tiap negara berbeda-beda, yaitu kaffee (jerman), Coffee (Inggris), cafe (Perancis),koffie (Belanda), dan kopi Indonesia. Indonesia merupakan negara penghasil kopi terbesar nomor 4 dunia setelah Brazil, Vietnam, Kolombia, dengan hasil produksi 700 ribu ton.

Proses pertumbuhan tanaman kopi diawali dari pembentukan bakal (primoldia) bunga, pertumbuhan bunga, pemekaran bunga, persarian dan pembuahan bunga kopi. Keberhasilan pembentukan bunga sampai dengan proses perkembangan bunga menjadi buah kopi masak untuk dipetik memerlukan waktu kurang lebih satu tahun. Sedangkan perkembangan buah kopi diawali setelah bunga kopi mekar (anthetis) dan terjadi pembuahan sel jantan dan sel telur membentuk gamet pada bakal biji (ovule) dalam bakal buah (ovary).

Bapak solihin sebagai salah satu petani kopi arabika di desa limbangan, mengaku bahwa usaha yang dirintisnya masih stabil walaupun di era pandemi Covid-19 seperti sekarang ini. Sebagai seorang petani kopi, Pak solihin tidak memiliki perkebunan kopi sendiri melainkan menjadi pegepun dan membeli kopi dari pohonnya langsung milik orang lain. Perawatan khusus kopi seperti dari pemilihan batang yang bagus, tunas yang harus dipotong, dan cabang yang harus dirawat dari setiap pohon secara berkala.

cangka pada pohon kopi tidak boleh dibiarkan terlalu panjang karena dapat merusak kualitas pada kopi. Pemilihan tanaman kopi didasarkan pada cocoknya daerah yang ditanami dengan tanaman yang akan ditanam yaitu daerah yang dingin dan sedikit panas. Bulan Juni setiap tahunnya menjadi waktu yang pas untuk memanen kopi. Kopi yang sudah dipanen selanjutnya dijemur dan di slap, agar antara kulit luar dan biji kopi terpisah secara baik dan benar. Penjemuran yang dibutuhkan untuk menjemur kopi yang sudah di slap yaitu selama 4 hari. Pak Solihin hanya melakukan proses pengolahan kopi sampai menjadi beras kopi saja, kemudian kopi yang sudah menjadi beras akan di jual di pasar dekat tempat tinggalnya dengan harga 21 ribu/Kg.

Omset yang dapat dihasilkan dari penjualan kopi yaitu mencapai 10-15 juta rupiah. Petani kopi juga memiliki beberapa kendala diantaranya cuaca yang tidak mendukung seperti kemarau yang panjang yang menyebabkan tidak perkembangnya kopi secara sempurna, maupun hujan yang terus menerus setiap harinya menyebabkan penjemuran yang tidak stabil dan malah menurunkan harga jual pada kopi. Maka dari itu perlu adanya pemantauan yang rutin agar biji kopi yang dihasilkan dapat maksimal.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline