Melihat Gini Ratio Jogja 0,439 maka Jogja sudah memiliki ciri khas awal menuju Kota Metropolitan. Gini Ratio sendiri adalah rasio ketimpangan ekonomi antara yang kaya dengan yang miskin. Rasio 0 berarti kesetaraan sempurna, sementara Ratio 1 berarti ketimpangan sempurna. Gini ratio dihitung dengan membandingkan pendapatan perkapita antar penduduk.
Koefisien gini ratio tersebut menggunakan ukuran mendekati 0-1. Dengan klasifikasi 0-0,3 rendah, 0,4-0,5 ketimpangan sedang, dan angka 0,5 sampai 1 termasuk ketimpangan tinggi. Ketimpangan antara yang kaya dengan yang miskin mulai terjadi di Jogja. Gini Ratio ini khas untuk daerah yang masih berkembang. Sementara daerah yang sudah maju memiliki Gini Ratio rendah.
Pembangunan di Jogja makin pesat, terutama di Sleman dan Kota Jogja, dan belum diikuti Kabupaten lain: Bantul, Kulonprogo dan Gunungkidul. Terlambatnya ketiga daerah ini mengikuti Jogja dan Sleman menjadi penyebab ketimpangan. Dana yang mengalir sendiri kebanyakan adalah dari pemodal luar Jogja. Apartemen, Kondotel dan Perumahan baru muncul di Jogja dengan cepat.
Kebanyakan modal yang datang dari luar ini belum memberikan efek kepada masyarakat Jogja sehingga Gini Ratio Jogja meningkat. Bisa dikatakan banyaknya modal yang masuk ke Jogja belum mampu menaikkan pendapatan kebanyakan penduduk Jogja. Padahal kebutuhan semakin meningkat. Berdasar data BPS (Badan Pusat Statistik) kebutuhan/pengeluaran sebuah keluarga di Jogja mencapai 5,8 juta. Sementara Jakarta 7,5 juta dan Solo yang dekat dengan Jogja 4,5 juta,
Jakarta sebagai gambaran juga memiliki Gini Ratio tinggi 0,433. Banyaknya mobil yang berlalu-lalang hingga kemacetan di Jogja dan Sleman mulai menjadi tanda bahwa Jogja telah memiliki banyak kalangan menengah atas. Bahkan mulai muncul sentra ekonomi yang hanya dapat dikonsumsi/dikunjungi kalangan menengah atas.
Jogja perlahan menjelma menjadi Kota Metropolitan. Dan daerah sekitarnya lebih baik segera siap menjadi penyangga/satelit. Harapan saya pribadi, semoga segera ada (mulai dihitung studi kelayakan) KRL/MRT dari Jalan Kaliurang ke Jalan Parangtritis sebagai Jalur Uara-Selatan. Dan Maguwo – Ambar Ketawang sebagai Jalur Timur-Barat sebelum terlambat.
Link Source: yudhistya.com
Share on Facebook Tweet on Twitter Share on Google
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H