Lihat ke Halaman Asli

Yudhistira Jatmiko

Analis Keimigrasian Ahli Pertama Direktorat Jenderal Imigrasi

2 Bulan di Eropa: Bad Hersfeld, Jerman

Diperbarui: 17 Juni 2015   06:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Ini merupakan pengalaman pertama saya menulis artikel tentang Travelling, sebelumnya saya hanya menulis artikel Politik dan Hukum namun saya tertarik dengan artikel Travelling yang sepertinya cukup ringan dan menyenangkan. Sebenarnya perjalanan ini sudah agak telat untuk diceritakan, saya berkunjung ke Eropa selama 2 bulan lebih dari bulan Juli - September 2014 lalu.Singkat cerita, saya ditawri Ibu untuk sowan ke Germany, karena selama ini Ibu tinggal di Germany, biasanya ibu yang pulang, tapi karena banyak kesibukan yang tidak bisa ditinggalkan, maka saya yang mengunjungi Ibu di Germany.


Langkah saya pertama adalah mengurus Visa Schengen untuk dapat berkunjung dan berdomisili sementara di Eropa. Dalam hal ini saya apply ke Kedutaan Besar Germany, pertama kita harus membuat janji terlebih dahulu via website kedutaan tersebut untuk melakukan wawancara dengan interviewer dari Kedutaan Germany. Setelah itu saya datang ke Kedutaan Germany pada tanggal yang telah diperjanjikan. Setelah menunggu giliran untuk diwawancarai, tibalah giliran saya untuk diwawancarai. Sebenarnya wawacara ini bukan seperti yang saya bayangkan sebelumnya, dalam wawancara ini kita hanya berdiri seperti pada teller bank dan kita akan ditanyakan mengenai maksud dan tujuan kita ke Eropa dan berbagai berkas-berkas kita, seperti Paspor, Surat Undangan dari yang menjamin kita di Eropa, dan asuransi kita selama di Eropa ( berbeda dengan asuransi jiwa reguler) asuransi ini dapat dibuat oleh beberapa perusahaan asuransi di Indonesia, namun saya lebih memilih memakai asuransi dari Germany agar lebih mudah pengurusannya saat terjadi sesuatu selama saya di Eropa.
Pertanyaan-pertanyaan awal masih dapat saya jawab, masalah muncul saat interviewer meminta surat keterangan masih berkuliah dari Universitas tempat saya kuliah, awalnya saya juga bingung karena saya tidak mengurus surat ini dan saya pikir hal ini tidak cukup penting. Akhirnya karena lobby saya pada interviewer tidak berhasil akhirnya saya mengalah dan akan mengurus surat ini dengan catatan Visa dan Paspor saya tetap di proses dan akan diterbitkan saat surat itu datang, karena hal tersebut, Paspor saya pun saya tinggal di Kedutaan Germany dan saya juga membayar biaya Administrasi Visa Schengen sebesar 900k IDR. Jikalau Visa saya ditolak, uang itu tetap hangus dan Paspor saya akan tercoreng karena pernah ditolak Kedutaan Besar Negara Eropa. Singkat cerita tepat seminggu setelah itu saya kembali ke Kedutaan Germany dengan membawa surat yang diminta dan akhirnya Visa Schengen saya diterima dan diterbitkan, persiapan adminstrasi keberangkatan pun beres, Visa sudah ditangan.


Hari keberangkatan saya tepat sehari setelah pesawat Malaysia Airlines tertembak di Ukraina, hal tersebut juga cukup membuat saya takut, karena secara geografis penerbangan Asia ke Eropa akan melewati Eropa Timur terlebih dahulu. Saya berangkat menggunakan Lufthansa, maskapai plat merah Germany. Di penerbangan ini saya bertemu seorang Make-Up Artist bernama Bubah Alfian, dia sedang job untuk sebuah pernikahan Model Indonesia yang menikah dengan WN Italy. Selama perjalanan saya menghabiskan waktu dengan menonton film serta mendengarkan musik dari In-Flight Entertainment, lagunya cukup lengkap dan update. Dari Lufthansa kita mendapatkan makan 3 kali, namun nasi hanya sekali, sisanya croissant dan steak ayam, mungkin karena ini bukan maskapai Asia dan makanan utamanya bukan nasi. Penerbangan ini hanya transit sekali di Kuala Lumpur selama 30 menit.


 

Setelah menempuh perjalanan selama 22 jam akhirnya saya tiba di Frankfurt am Main Airport, waktu setempat menunjukkan pukul 09.00, delay 2 jam dari schedule yang seharusnya saya tiba di Frankfurt pukul 07.00, alhasil ibu saya telah menunggu selama 2 jam di airport. Kami bercengkrama sebentar melepas rindu sembari membicarakan perjalanan dan kabar para kerabat di Indonesia, setelah itu kami memutuskan untuk pulang ke rumah terlebih dahulu. Jarak dari Airport ke rumah kami di Bad Hersfeld sekitar 146 km, namun karena lancarnya lalu lintas serta bagusnya jalan bebas hambatan di Germany, jarak sejauh itu hanya ditempuh selama 80 menit. Bad Hersfeld dan Frankfurt berada di satu Provinsi, yaitu Provinsi Hessen, banyak yang tidak mengetahui bahwasanya Ibu Kota dari Provinsi ini bukanlah Frankfurt melainkan Wiesbaden, namun kota metropolitan terbesarnya memang Frankfurt.

Saat itu Eropa tengah berada di musim panas, dan konon musim panas di 2014 salah satu yang terpanas di 5 tahun terakhir, saya pun merasa tidak begitu merasakan perbedaan suhu yang mencolok di Indonesia dan Germany saat itu. Sesampainya di rumah kami memutuskan untuk beristirahat sebentar sambil menata barang bawaan dari Indonesia, yang cukup saya sesalkan adalah saya membawa cukup banyak pakaian dari Indonesia, sedangkan ternyata harga pakaian di Eropa cukup murah, sebagai contoh, T-Shirt atau kemeja merk H&M, Zara atau Pull&Bear dapat ditebus hanya dengan 5-7 Euro, lebih murah dari makan sepiring Lasagna di Restaurant Italy.
Setelah beristirahat kami memutuskan pergi ke pusat kota Bad Hersfeld untuk berbelanja sembari melihat keindahan kota ini. Orang-orang nyebut Bad Hersfeld ini " in the middle of nowhere" jarang banget wisatawan dateng kesini karena kota ini bukan tujuan wisata namun kota ini mempunyai pertunjukkan teater tahunan yang bernama Bad Hersfeld Festspiele tapi saya tidak sempat menyaksikannya. Disinilah rumah saya selama 78 Hari di Eropa, saya jatuh cinta dengan kota ini dan mencatatkan kota ini sebagai salah satu tempat dimana saya bahagia menghabiskan waktu. Semua trip saya di Eropa dimulai dan di akhiri dikota ini. Biasanya setiap hari saya selalu jalan-jalan ke kota-kota di Germany seperti Koln, Hannover, Wurzburg, Heidelberg, Berlin dan objek-objek wisata lain di Germany seperti Edersee, jikalau ibu libur bekerja baru kami menempuh trip yang lebih jauh seperti Paris, Luxembourg ataupun Amsterdam, rata-rata kami berkeliling Germany menggunakan kendaraan pribadi sehingga lebih hemat dari segi waktu dan kebebasan memilih rute perjalanan. Saya akan membuat tulisan lain tentang perjalanan saya di kota lain di Eropa, namun di tulisan ini saya lebih membahas perjalanan ke Germany nya dan Bad Hersfeldnya itu sendiri.

 

 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline