Lihat ke Halaman Asli

Cerita Lucu Era Informasi di Indonesiaku

Diperbarui: 18 Juni 2015   03:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Suatu kali berjalan ke suatu foodcourt dan melihat seorang anak kecil menangis. Entah apa yang membuat dia menangis. Selidik punya selidik ternyata anak itu menangis karena dia bingung setelah ditanya oleh ibu nya perihal mau makan apa. anak kecil itu lalu berkata kepada mamanya, “Mah, aku bingung makan apa, banyak pilihan!” Anak itu mengatakan bahwa dirinya bingung untuk memilih makanan apa yang akan dimakan dikarenakan begitu banyak pilihan.

Fenomena  di era informasi ini membuat orang yang dahulu memiliki sedikit pilihan tetapi sekarang sudah di ‘banjiri’ oleh pilihan, yang dulu sulit untuk mendapatkan informasi tetapi sekarang tak habis-habisnya akses untuk mendapatkan informasi. Maka bila ada orang yang ketinggalan informasi itu adalah suatu ‘cerita lucu’ di abad informasi ini.

Ia memang itulah ‘cerita lucu’ yang bisa membuat kita menjadi tertawa bila mendengarnya. Tetapi ‘cerita lucu’ itu juga adalah suatu cerita yang menyedihkan bila kita lihat di Indonesia. Mengapa? Ternyata masih banyak orang yang buta akan informasi karena fasilitas dan tenaga ahli yang konsen untuk mengajar orang-orang yang masih tertinggal. Kalau begitu apakah kebanjiran pilihan dan informasi hanya dikalangan tertentu saja?

69 tahun Indonesia Merdeka, tetapi apakah bangsa kita sudah benar-benar Merdeka? Atau sesungguhnya masih dijajah oleh kebodohan yang diakibatkan oleh keserakahan dengan tindakan korupsi yang aktif dan masif? Coba pergi ke daerah Timur dari Indonesia, disana banyak sekali orang-orang menjadi korban penjajahan yang membodohkan akibat dari keserakahan para pemimpin kita yang korup.

Bila bisa bertanya apa yang bisa melepaskan kebodohan itu? Jawabannya adalah pendidikan. Tentunya bukanlah Pendidikan yang memiskinkan (pendidikan yang ditentukan oleh selembar kertas ijasah untuk mencari pekerjaan) tetapi pendidikan yang membebaskanlah yang dibutuhkan bangsa ini. Pendidikan yang bukan wajib dilalui oleh seluruh rakyat Indonesia hanya sekedar untuk mendapatkan pekerjaan dan tetap saja menjadi ‘hamba di Negeri sendiri’ tetapi pendidikan yang membuat orang mengerti dan mampu berkarya untuk negeri itulah pendidikan yang membebaskan.

Banyak Sarjana lahir dari universitas-universitas, tetapi banyak yang katanya menganggur mengapa? Karena orang beranggapan masuk kuliah untuk mencari pekerjaan di perusahan-perusahaan atau membayangkan setelah lulus mendapatkan uang yang banyak. Tiap tahun banyak yang jadi Sarjana di Indonesia jadi sebenarnya di Indonesia banyak orang-orang muda yang pintar. Seandainya tiap tahun Sarjana-sarjana itu memiliki visi untuk membangun negeri, maka orang yang tergabung dalam ‘cerita lucu’ itu akan menjadi ‘cerita yang membahagiakan’ karena sudah banyak orang yang merdeka dari kebodohan dan ketidaktahuan di tengah era informasi ini.

Selamanya Indonesia belum merdeka walaupun tiap tahun merayakan 17 Agustus-an kalau orang yang ingin duduk dipemerintahan belum juga sadar bahwa bukan memperebutkan kursi tetapi menjalankan amanat rakyat, bukan mencari kekuasaan tetapi bekerja untuk rakyat dan selama korupsi masih aktif, terorganisir dan masif maka negara ini tetap dalam jajahan negeri sendiri.

Kembali kepada ‘cerita lucu’, ternyata di Indonesia banyak ‘cerita lucu’. Bukan karena rakyatnya yang humoris tetapi karena kisahnya tragis sehingga membuat rakyat seperti kita hanya menatap dan menghibur diri sendiri dengan melihat yang tragis dari ‘cerita lucu’ ini.

Ayo anak Muda bangkit untuk membangun bangsa jangan hanya memperkaya diri! Gunakan potensi dan kemampuan yang Tuhan sudah berikan! Saya mengambil slogan salah satu capres 2014 kemarin yaitu “INDONESIA HEBAT!” ya memang sesungguhnya Indonesia memiliki banyak sekali pontesi dan sangat pantas untuk berlebel hebat.

Salam merdeka ke 69 Indonesiaku!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline