Lihat ke Halaman Asli

Antara Yudhoyono dan Ahmadinejad, Antara Indonesia dan Iran

Diperbarui: 26 Juni 2015   09:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

12963747431832345650

Presiden Yudhoyono adalah Seorang Presiden kedua yang berasal dari kalangan Militer. Sosoknya yang berwibawa, pemikir, dan juga gagah. Menghantarkan Beliau untuk menduduki kursi Kepresidenan selama 2 periode. Periode pertama tahun 2004-2009 dan periode kedua 2009-2014. Namun meski Beliau merupakan Presiden kedua dari kalangan Militer. Perlakuan terhadap sesuatunya tak seperti Pesiden Soeharto. Presiden Soeharto yang juga Seorang Presiden dari kalangan Militer memperlakukan sesuatunya dengan tegas dan tak lamban. Karena mungkin perbedaan Pesiden Soeharto dan Presiden Yudhoyono adalah kalau Presiden Soeharto ketika itu di lapangan atau Jenderal lapangan dan kalau Pak SBY di Kantor atau Jenderal dalam. Jadi mungkin menurut Pak SBY segala sesuatunya harus di pikirkan dan bertindak. Namun terkadang membuat Saya dan bahkan Rakyat Indonesia geregetan dengan sikapnya. Seperti contoh kasus antara Indonesia dan Malaysia. Pidatonya tak cukup memuaskan hati Rakyat. Rakyat maunya Indonesia yang di pimpin oleh Beliau menyatakan sikap tegasnya terhadap Malaysia yang selalu mengambil budaya Bangsa. Dan banyak lagi masalah yang di pikirkan terlebih dahulu oleh ak SBY baru bertindak yang terkadang pula tindakkannya tak memuaskan Rakyat. Berbeda dengan Mahmoud Ahmadinejad, Presiden Iran yang lahir di Aradan, Iran, 28 Oktober 1956 ini adalah sosok Presiden yang berani. Berani dalam hal apapun. Beliau tak pernah takut. Sama Amerika pun Ia berani menantang Obama untuk berdebat bersamanya. Gila gak ? Kalau Pak SBY kayak gitu, Indonesia sudah kelaparan semua. Hahaha... Kita juga tak bisa menyalahkan sih. Memang dari dulu Indonesia selalu berkembang. Jadi persenjataannya belum sekuat Amerika. Jangankan lawan Amerika, lawan Malaysia aja Kita mikir-mikir. Baru-baru ini  Pemerintah Iran di bawah kepemimpinan Presiden Ahmadinejad mengeluarkan pernyataan bahwa seluruh Toko, Restoran atau apapun tidak boleh merayakan Hari Valentine atau Hari Kasih Sayang yang jatuh pada 14 Februari. Selain itu, Iran juga tetap mengadakan percobaan Uraniumnya walau Negara-Negara sepeti Amerika dan sekutunya menentang hal tersebut. Bayangkan saja, Iran yang di pimpin oleh Ahmadinejad sekarang menjadi sebuah Negara yang perlu di perhitungkan dalam kancah Internasional.

129637581765630667

Dengan lantangnya, Presiden Ahmadinejad menyatakan bahwa bila Israel macam-macam terhadap Iran. Tak segan-segan, dalam waktu beberapa jam saja. Iran mampu membumi hanguskan Israel. Bayangkan, betapa beraninya Ahmadinejad. Tubuh yang kecil dan tidak terlalu gagah tak membuat keberaniannya juga kecil. Ketika Dunia mengecam Ahmadinejad untuk tidak ke Lebanon. Ia menentangnya dan tetap menginjakkan kaki di Lebanon. Sambutan Warga Lebanon pun sangat meriah. Ketika Ahmadinejad di sambut meriah Warga Lebanon, justru tetangga dekat Lebanon yaitu Israel bersiap siaga terhadap kunjungan Ahmadinead. Karena menurut Israel, Ahmadinejad tak ada bedanya dengan Adolf  Hitler seorang Nazi. Maka Beliau harus di tembak mati. Padahal Ahmadinejad dari Warga Sipil yang memerintah Iran. Tak seperti Pak SBY dari Warga Militer yang memerintah Indonesia. Namun Pak SBY kadang mengecewakan Kami para Pemilihnya dan pendukungnya. Terlalu lama dalam bertindak dan tidak tegas kadang. Tapi tidak semuanya kelakuan Presiden Yudhoyono membuat Rakyat tak puas. Beliau juga sering memuaskan Rakyat dengan terjun langsung ke Korban Bencana Alam dsb. Kalau Rakyat Indonesia beberapa persennya kontra terhadap Presiden SBY. Lain halnya dengan Masyarakat Luar Negeri. Seperti Politisi Amerika Serikat yaitu Robert Wexler yang menginginkan Presiden Ydhoyono meraih Nobel Perdamaian. Keinginan itu tertuang dalam memo diplomatik Kedutaan Besar Amerika Serikat di Den Haag, Belanda, yang bocor di laman WikiLeaks, yang dimuat pada 20 Januari 2011. Memo tersebut merangkum percakapan antara anggota kongres AS, Robert Wexler, yang berkunjung ke Belanda pada Maret 2006 dengan Menteri Luar Negeri (Menlu) Belanda saat itu, Bernard Bot. Dalam memo tertanggal 30 Maret 2006 itu, Wexler dan Bot membicarakan beberapa hal, diantaranya adalah masalah pemilu Iran, Palestina dan Israel, Indonesia dan Irak. Pada pembicaraan mengenai Indonesia, Wexler mengatakan bahwa dia telah menominasikan SBY sebagai peraih Nobel perdamaian dan  meminta Belanda untuk membantunya. “Wexler mengatakan bahwa Bot akan menominasikan Presiden Yudhoyono sebagai peraih penghargaan Nobel dan, dengan sedikit bercanda, Wexler meminta Bot untuk menuliskan surat dukungan atas nominasi itu,” tulis memo tersebut. Namun sayangnya Nobel Perdamaian itu tak kunjung di terima Presiden Yudhoyono. Tapi Saya berharap kepada Rakyat Indonesia. Agar terus mendukung Presiden Yudhoyono sampai 2014. Jangan di jatuhkan di tengah jalan. Jangan Tragedi Pak Harto dan Gus Dur terulang kembali di Negeri tercinta Indonesia. Sekian. Terima Kasih.

12963772822028132405

12963773451601203547

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline