Lihat ke Halaman Asli

Yudhistira Widad Mahasena

Designer, future filmmaker, K-poper, Eurofan.

Resensi Buku "My New Mom" Karya Cheryl Kanza

Diperbarui: 27 Agustus 2023   22:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

My New Mom karya Cheryl Kanza. (sumber: Mizanstore.com)

Bismillahirrahmanirrahim.

Banyak di antara kita yang tidak tahu, serial Kecil-Kecil Punya Karya terbitan DAR! Mizan punya saingan langsung, yaitu Penulis Cilik Punya Karya terbitan Lingkar Pena Publishing House. Rumah penerbit buku ini didirikan oleh anggota Forum Lingkar Pena, Asma Nadia dan Helvy Tiana Rosa, masing-masing ibu dari alumni KKPK, yaitu Eva Maria Putri Salsabila (Caca) dan Abdurrahman Faiz (Faiz).

Salah satu buku dalam serial PCPK yaitu "My New Mom" karya Cheryl Kanza Athallia Wibowo, penulis asal Tangerang yang sekarang sudah dewasa. Ketika Cheryl menulis buku ini, usianya 10 tahun. Buku ini bercerita tentang seorang gadis bernama Karina yang diadopsi oleh Bunda Laila. Sekarang usianya 22 tahun dan sedang menempuh pendidikan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Begini ceritanya. Karina Nur Azizah, begitulah nama dara yang menjadi tokoh utama buku ini. Diceritakan, Karina sedang dirawat di rumah sakit karena mengidap penyakit yang amat mematikan. Dia tidak tahu apa nama penyakitnya, namun yang dia tahu salah satu bagian jantungnya bocor. Karina juga baru tahu bahwa tubuhnya yang sering cepat lelah menjadi salah satu tanda penyakit ini.

Karina memiliki seorang ibu adopsi bernama Laila. Bisa dibilang awal pertemuan Karina dengan Bu Laila di panti asuhan tempatnya besar teramat buruk. Karina teramat membenci Bu Laila dan tak sudi memanggilnya "ibu", namun beliau dengan sabar mengajarkannya nilai-nilai Islami dan kebaikan hingga tumbuh besar seperti sekarang. Bu Laila yang bekerja sebagai karyawan swasta tidak memiliki suami atau anak, jadi karena itulah beliau memutuskan mengadopsi Karina.

Karina menjalani hari-hari pertamanya dengan Bu Laila dengan penuh kebencian. Hingga suatu hari dia mendapati Bu Laila tak sadarkan diri dan harus dibawa ke rumah sakit karena mengalami gagal hati. Harus ada yang mendonorkan hati untuknya. Ketika Bu Laila selesai dioperasi, Karina berubah pikiran dan mulai memanggilnya Bunda Laila.

Hari berganti hari. Karina dan Bunda Laila semakin dekat. Untuk merayakan kesembuhan Bunda Laila, mereka berjalan-jalan keliling Jakarta. Mereka ke Dufan, SeaWorld, Ancol, Monas, dan TMII.

Setahun kemudian, Karina sedang sendirian di rumah ketika telepon berdering dari Rumah Sakit Zeta Cinta Ibu. Menurut dokter yang menelepon Karina, Bunda Laila pingsan saat sedang berkarya. Dengan tenang dan tanpa basa-basi, Karina memanggil supir pribadinya, Pak Pur, untuk mengantarnya ke rumah sakit. Poor Bunda Laila, beliau terbaring lemah tak berdaya di rumah sakit. Di titik ini Karina menjadi semakin dekat dengan Bunda Laila, karena setelah salat Magrib dia memutuskan untuk menemani beliau. Literally tiga hari tiga malam, Karina tidak makan, tidak tidur, dan duduk di samping Bunda Laila. Di tempat ini jugalah Bunda Laila menceritakan masa kecilnya yang pilu kepada Karina.

Ada juga bagian di mana Karina bercerita tentang teman barunya, Riris, yang berkorban nyawa demi dia. Karena waktu itu Riris disuruh memberitahukan alamat rumah Karina kepada preman, namun sejak bersahabat dengan Karina, dia tidak mau menyakiti hatinya. Riris kemudian dipukul dan dilempari batu hingga tak sadarkan diri. Ketika bangun, Riris sudah sampai rumah, tetapi dia buta. Kemudian Riris meninggal karena benturan yang mengenai kepalanya sangat keras.

Kembali ke masa sekarang, sudah setahun lebih Karina dirawat di rumah sakit. Dia kembali mengingat semua kenangan yang pernah dia lalui bersama Bunda Laila. Hingga suatu hari, Karina terbangun dengan lemah, badannya meriang dan pegal-pegal. Bunda Laila memberinya secangkir teh hangat. Karina menatap Bunda Laila lama sekali, sambil bertanya dalam hati apakah ini saatnya dia berpisah dengannya. Hingga akhirnya maut memisahkan Karina dan Bunda Laila.

Menurut saya, buku ini sangat menyentuh. Saya sampai terisak-isak membaca buku ini. Cheryl yang saat itu masih berusia 10 tahun sudah bisa menulis dengan kata-kata indah selayaknya orang dewasa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline