Lihat ke Halaman Asli

Yudhistira Widad Mahasena

Designer, future filmmaker, K-poper, Eurofan.

#MendadakDakwah Eps 14: Membiasakan Perilaku Terpuji (Jujur, Sabar, dan Syukur)

Diperbarui: 16 April 2022   13:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Bismillahirrahmanirrahim.

Sesuai janji, di #MendadakDakwah episode 14 ini, kita akan membahas pembiasaan perilaku terpuji. Perilaku terpuji yang akan kita bahas hari ini adalah jujur, sabar, dan syukur.

Muslim harus senantiasa membiasakan perilaku terpuji. Salah satunya adalah jujur, sabar, dan syukur.

Memulai topik ini, saya ingin menanyakan Anda satu pertanyaan. Jika Anda melihat sebuah bola tergeletak di jalan, apakah yang Anda akan lakukan? Mengambil bola itu lalu menanyakan siapa pemiliknya? Atau memberikan bola itu kepada pemiliknya? Pssst, hal ini tidak berlaku bagi masyarakat Samin di Blora, Jawa Tengah. Bola itu akan terus tergeletak di jalan berhari-hari sampai diambil oleh pemiliknya sendiri.

Suku Samin mendapatkan nama mereka dari kata bahasa Jawa, sami, yang artinya sama. Mereka masih memegang teguh nilai-nilai etika, kejujuran, tidak iri, tidak dengki, dan tidak pernah berprasangka buruk terhadap orang lain. Suku Samin tidak pernah mengucapkan tutur kata yang menyakiti hati orang lain. Mereka selalu sopan santun.

Salah satu hadis tentang kejujuran berbunyi sebagai berikut, yang berarti:
"Dari Abu Bakar as-Siddiq dia berkata bahwa Rasulullah SAW telah bersabda, "Wajib atasmu berlaku jujur, karena jujur itu bersama kebaikan, dan keduanya di surga. Dan jauhkanlah dirimu dari dusta, karena dusta itu bersama kedurhakaan, dan keduanya di neraka." (HR. Bukhari dan Muslim)

Saya pernah mendengarkan sebuah dongeng tentang kejujuran. Ceritanya seorang penebang kayu yang kehilangan kapaknya di tepi danau. Kali ini saya akan membawakan versi saya sendiri.

Suatu hari, hiduplah seorang penebang kayu yang miskin. Ketika sedang menebang kayu, tiba-tiba si penebang kayu tidak sengaja menjatuhkan kapaknya ke sebuah danau. Ketika si penebang kayu menangis, muncullah seorang peri dari dalam danau.

"Mengapa kau menangis, wahai penebang kayu?" tanya peri.

"Kapak saya jatuh ke danau. Padahal, itu satu-satunya sumber penghidupan saya," jawab penebang kayu.

Peri menghilang sejenak, kemudian muncul dengan sebuah kapak perak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline