Lihat ke Halaman Asli

Yudhistira Widad Mahasena

Designer, future filmmaker, K-poper, Eurofan.

Brilliant Diamond and Shining Pearl (Bagian 2)

Diperbarui: 31 Maret 2022   19:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Bismillahirrahmanirrahim.

Sebelumnya di BDSP...
Jihan menjalani kehidupannya sebagai gadis remaja 17 tahun yang bersekolah di SMA Hammerlocke dan aktif sebagai tim pemandu sorak serta menjalani hubungan asmara dengan pacarnya, Jungwon, anak band. Ketika mengetahui ibunya berada di Turin, tempat JRB akan manggung di acara Battle of the Bands, Jihan berniat mengejarnya, yang membuat kaget teman-teman dan keluarganya karena mereka mengira dia selama ini anak tunggal dan piatu.

Sepulang sekolah...

"Jihan, kamu yakin mau pergi ke Italia?" tanya ayah Jihan di ruang makan.
"Lah, kenapa?" Jihan balik bertanya.
"Kamu harusnya di rumah! Kamu tidak Ayah izinkan pergi ke Italia! Memangnya ada apa di Italia selain pizza, spageti, dan AC Milan?" ayah Jihan menjadi marah.
"Mama ada di sana. Jihan mau kejar Mama. Jihan kangen," kata Jihan.
"Jihan, waktu Ayah dan Mama cerai, kamu masih terlalu kecil. Ayah membesarkan kamu sendirian sejak usia 12 tahun karena Mama gagal cari kerja di Italia," jelas ayah Jihan panjang lebar. "Jadi, ketika itu terjadi, keluarga Ayah memutuskan untuk tidak memberitahu kamu soal Mama kabur ke Italia," lanjut beliau.

Jihan ingin menangis, namun ditahannya. Dia malu, sudah besar, apalagi dilihat ayahnya yang menginginkan dia menjadi gadis kuat yang anti menampakkan air matanya di depan orang. Dia segera pergi ke kamar dan menunjukkan sesuatu yang sang ibu titipkan kepada keluarganya sebelum beliau bertolak ke Italia. Tiket ke Turin.

"Yah, Jihan anak Mama," kata Jihan sambil menunjukkan tiket tersebut ke ayahnya. "Masak seorang ibu tega ingkar janji ke anaknya sendiri? Mama padahal janji mau ngajak Jihan dan Ayah hijrah ke Turin kalo Mama sukses."
"Janji itu tidak akan pernah ditepati karena keluarga Ayah menganggap Mama dan keluarganya telah mencoreng nama baik keluarga kita," kata ayah Jihan.

(musik: Maro - "Saudade, saudade")

Sore hari yang hangat, namun tidak sehangat hati Jihan. Dia termenung di kamarnya, memikirkan saat-saat terindah bersama sang ibu. Dia mengambil fotonya saat bersama ibunya. Dia kembali ingin menangis, namun ditahannya lagi. Jihan ingat pesan ibunya sebelum bertolak ke Italia untuk mencari kerja, "Wanita terkuat tidak akan menangis dan menunjukkan perasaannya di depan orang."

"Ma... Jihan kangen..." kata Jihan dalam hati. Tidak tahu lagi mau melakukan apa, dia pun tertidur lelap. Bahkan panggilan dari ayahnya untuk mandi tidak dihiraukannya.

Keesokan paginya, Jihan berniat untuk mengantungi izin ke Italia. Tanpa sepengetahuan sang ayah, dia bergegas pergi ke rumah Hadi. Hadi dan Mirna kini tinggal serumah, bersebelahan dengan Jihan. Mereka akan menikah di akhir bulan. Di Galar, pernikahan muda sudah lumrah.

"Permisi!" kata Jihan sambil mengetuk pintu rumah Hadi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline