Lihat ke Halaman Asli

Yudhistira Mahasena

Desainer Grafis

Profil Anak Remaja Tahun 80-an (Bagian 1)

Diperbarui: 16 Februari 2024   19:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bismillahirrahmanirrahim.

Postingan kali ini agak random sedikit, namun bukan tentang K-pop. Ketika saya masih SD, sedang zamannya ponsel BlackBerry. Pada zamannya BlackBerry, ada aplikasi untuk saling bertukar pesan, yaitu BlackBerry Messenger. Banyak orang yang suka bertukar pesan di BBM, meminta pin BB, atau bahkan sekedar bertukar lelucon.

Nah, ketika saya SD, saya pernah membeli buku berjudul "Kumpulan Humor BBM". Salah satu humor yang tertulis di buku tersebut adalah "Profil Anak Remaja Tahun 80-an". Sebagai anak yang dibesarkan oleh orangtua yang besar di tahun 80-an, saya ingin mengajak Anda yang memiliki orangtua yang besar di tahun 80-an pula walk down memory lane. Seperti apa kehidupan anak remaja tahun 80-an?

Saya juga akan menjelaskan penjelasan dari poin-poinnya.

1. Waktu SD kena perpanjangan tahun akademik 1978-1979
Ini menjadi salah satu alasan mengapa sekolah di Indonesia dimulai pada bulan Juli. Saat itu, tahun ajaran 1978 seharusnya berakhir pada Desember 1978, namun diundur hingga Juni 1979. Sebelum itu, tahun ajaran baru di Indonesia selalu dimulai setiap bulan Januari.

Perpanjangan tahun akademik ini karena kebijakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan saat itu, Daoed Joesoef. Beliau membuat kebijakan baru, salah satunya terkait tahun ajaran baru yang awalnya bulan Januari harus diundur ke Juli. Tahun ajaran 1978-1979 pun tercatat sebagai tahun ajaran terpanjang dalam sejarah pendidikan Indonesia, yaitu 1,5 tahun.

Dan bukan tanpa alasanlah Pak Daoed Joesoef membuat kebijakan perpanjangan tahun akademik. Tahun ajaran dipindah dari Januari ke Juli agar bisa menyesuaikan jadwal rencana anggaran pendidikan dan juga menyesuaikan dengan tahun ajaran luar negeri.

2. Pernah punya buku teks dengan tulisan "Sesuai Kurikulum 1975"
Saat ini, sekolah-sekolah di Indonesia mengimplementasikan Kurikulum Merdeka. Namun, orangtua kita yang besar di tahun 80-an belajar di bawah Kurikulum 1975. Kurikulum 1975 disusun sebagai upaya untuk mewujudkan strategi pembangunan di bawah pemerintahan masa Orde Baru dengan program Pelita dan Repelita (Rencana Pembangunan Lima Tahun). Kurikulum 1975 menggantikan Kurikulum 1968. Mapel yang diajarkan pada Kurikulum 1975 adalah pendidikan agama, pendidikan moral dan Pancasila (PMP), bahasa Indonesia, ilmu pengetahuan sosial (IPS), matematika, ilmu pengetahuan alam (IPA), olahraga dan kesehatan, kesenian, dan keterampilan khusus.

3. Banyak mobil yang bannya diceper lalu ditempeli stiker dengan tulisan "Turbo" atau "Mugen Power"
Dalam bahasa otomotif, ban ceper sering disebut dengan istilah low-profile tire, artinya dipasang pada roda yang berdiameter lebih besar. Ban ceper dinilai lebih terlihat menarik daripada ban standar. Dengan diameter roda kemudi yang lebih kecil, ban akan berputar lebih cepat dibandingkan ban standar sehingga spidometer menunjukkan jarak tempuh yang lebih tinggi daripada yang ditempuh.

Stiker Turbo atau Mugen Power ditempel ke ban hanya agar terlihat keren.

4. Mengenakan sepatu bermerek ATT, Lotto, atau Panther
Sepatu bermerek di atas pada masanya merupakan sepatu populer, dan hanya bisa dibeli oleh anak-anak sultan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline