Lihat ke Halaman Asli

Yudhi Hertanto

TERVERIFIKASI

Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Oposisi dalam Rekonsiliasi

Diperbarui: 19 Februari 2024   14:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: Fungsi oposisi dalam pemerintahan. (Sumber: kpu.go.id/Humas KPU via kompas.com)

Merangkul! Hal itu menjadi bagian yang dinyatakan dalam pidato kemenangan Prabowo (14/2). 

Pasca pemilu, rangkulan itu akan ditujukan untuk dapat melibatkan semua unsur dan kekuatan, serta menjadikan situasi ini sebagai kemenangan untuk rakyat Indonesia. Heroik, namun kita terbukti perlu memiliki oposisi yang tangguh dan tidak mudah dikendalikan kekuasaan.

Bila berkaca pada hasil Quick Count Kompas (16/2) dengan data masuk 98.05 persen, diketahui bahwa pemenang Pilpres -Pemilihan Presiden, bukanlah pemenang Pileg -Pemilihan Legislatif. 

PDI Perjuangan bertengger sebagai pemuncak dengan 16.26 persen, sementara partai utama pendukung Prabowo yakni Gerindra hanya meraup 14.63 persen saja, dan berada di urutan ketiga secara nasional.

Dengan begitu, jika peta legislatif disinkronkan dengan hasil Pilpres setidaknya akan terbagi menjadi tiga klaster: (i) Koalisi Perubahan -PKB, Nasdem, PKS, (ii) Koalisi Keberlanjutan --Gerindra, Golkar, Demokrat, PAN dan (iii) Koalisi PDI Perjuangan dengan PPP. Perlu dicermati komposisi perolehan suara setiap koalisi.

Dukungan dari partai yang tidak lolos ambang batas parlemen, direduksi dalam kalkulasi, karena praktik kerja politik akan terkonsentrasi pada ruang dewan di parlemen. 

Dimulai dari pemangku eksekutif, pengelola pemerintahan dan kepresidenan, koalisi keberlanjutan terakumulasi menjadi 43.11 persen.

Sedangkan, koalisi PDI Perjuangan plus PPP praktis menghitung suara Banteng, dengan asumsi PPP akan mampu berlayar karena rentang margin error, menjadi sekitar 20.26 persen. 

Pada sisi lain, koalisi perubahan di atas kertas memperoleh komposisi suara sebesar 29.12 persen. Jika pengelompokan koalisi ini berlanjut dalam kancah parlemen, maka dipastikan landscape panggung politik nasional berubah.

Magnet Kekuasaan

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline