"Kriteria penting dari kepemimpinan adalah moralitas dan integritas, di dalamnya memuat kapasitas plus kompetensi guna merumuskan solusi."
Terkorelasi! Kepemimpinan politik dan kesehatan, menjadi dua hal yang saling terkait satu dengan lainnya. Keduanya menjadi frasa terhubung, untuk memastikan terpenuhinya hajat kesehatan dalam kehidupan publik.
Status pandemi dan varian mutasinya belum juga usai dan dicabut, namun masalah kesehatan baru kembali muncul.
Sebut saja, problem gagal ginjal akut anak, bertambahnya penyakit non degeneratif akibat gaya hidup, termasuk potensi ancaman penyakit menular akibat perubahan iklim.
Bersamaan dengan proses pemulihan pasca pandemi, krisis kembali menghampiri dunia dalam bentuk kenaikan harga energi, serta hantaman gelombang ekonomi dan keuangan yang melanda.
Hal itu menambah suram prospek kondisi tahun depan, sebagian bahkan memprediksi situasinya akan "gelap".
Dengan begitu, ilustrasi yang akan kita hadapi bila proyeksi tersebut menjadi realita, adalah peliknya pengelolaan persoalan publik, di tengah dinamisnya berbagai sektor kehidupan masyarakat, termasuk diantaranya pada sektor kesehatan. Dimana persoalan hidup dan mati, ada dalam makna sebenarnya.
Lantas bagaimana melihatnya dalam teropong politik? Bukankah fase 2023 adalah periode tahun politik, karena hangatnya medan magnet kontestasi bahkan sudah terasa sejak saat ini.
Para elite dan partai tengah sibuk memoles diri, menyiapkan citra dan mulai mengusung kandidat.
Padahal yang perlu dikedepankan semestinya, adalah ide dan konsep gagasan yang hendak ditawarkan untuk mengatasi masa suram penuh kegelapan di tahun mendatang.
Bisa jadi guncangan dunia masih akan berlanjut, tanpa pernah bisa tebak kapan akan berakhir. Penuh misteri dan berdialektika.