Lihat ke Halaman Asli

Yudhi Hertanto

TERVERIFIKASI

Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Politik Kesehatan, BPJS, dan Defisit Komunikasi

Diperbarui: 25 Februari 2022   17:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Warga berjalan di lobi kantor Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan Jakarta Timur, di Jakarta, Rabu (30/10/2019). Kartu peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan akan menjadi syarat wajib di beberapa layanan publik| Sumber: ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/wsj.

Sehat itu berharga. Pandemi mengajarkan hal penting pada dunia, bahwa status kesehatan mampu bertransformasi menjadi momok yang menakutkan. Sistem kesehatan di seluruh negara tidak siap dan kita belajar banyak atas kondisi wabah kali ini.

Kesehatan yang selama ini menjadi aspek politik yang terpinggirkan, menjadi poros sentral di masa pandemi. Bagaimana selanjutnya?

Persoalan kesehatan menjadi begitu berharga ketika berkaitan dengan aspek kehilangan nyawa dan kehidupan. Sakit, penyakit, dan kesakitan yang berpotensi pada terjadinya kematian -mortalitas dan kecacatan -morbiditas, jelas patut diupayakan untuk dihindari.

Terlebih bila hal jenis penyakit tersebut menjadi gangguan bagi ekosistem secara keseluruhan secara sistemik.

Diluar masalah pandemi, sektor kesehatan selalu menempati posisi tematik kelas dua. Pembahasan mengenai pentingnya kesehatan, dan termaktub pendidikan biasanya secara bersamaan, hanya menjadi bagian yang disuarakan menjelang masa kampanye politik.

Problematika kesehatan yang senyap dibahas, lalu berubah menjadi janji politik menjelang periode pemilihan. Pandemi seharusnya menampar keras realitas tersebut.

Kesehatan kini tidak bisa lagi dipandang persoalan remeh temeh, dari isu politik rendah -low politic menjadi poin politik tingkat tinggi -high politic.

Orientasi Manusia di BPJS Kesehatan

Kapasitas sistem kesehatan nasional memang belum terbilang ideal, meski memiliki program raksasa yang sangat kolosal, dengan menargetkan sasaran seluruh penduduk, yakni BPJS Kesehatan. Selama ini program jaminan tersebut selalu berhadapan dengan defisit anggaran.

Justru di masa pandemi, BPJS Kesehatan terlihat perkasa, memiliki buku neraca surplus. Banyak aspek yang menjadi sorotan, mulai dari selektifnya peserta datang ke pusat layanan kesehatan, hingga bertambahnya peserta non aktif karena ketidakmampuan membayar premi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline