Lihat ke Halaman Asli

Yudhi Hertanto

TERVERIFIKASI

Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Dunia yang Terjeda

Diperbarui: 6 Juli 2021   14:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tumbang! Sistem kesehatan nasional sekuat tenaga menghadapi gelombang pasang pandemi. Satu persatu pasien datang memenuhi ruang layanan, sebagian bahkan tidak mampu tertolong. Situasi ketegangan memuncak.

Kolaborasi kembali dijalin. Kedisiplinan mulai diulang. Pembatasan dilakukan. Kita memutar roda kembali. Hidup ada diantara tarik ulur kematian dan bayang ketakutan penularan wabah.

Dunia tengah dipaksa untuk berjeda. Pandemi menjadi mekanisme alamiah untuk memberi peringatan bagi umat manusia. Pengelolaan alam secara eksploitatif hanya menghasilkan kerusakan dan berbagai kesulitan.

Jarak dibatasi. Mobilitas dikurangi. Kerumunan dihindari. Hal-hal ini membuat era percepatan yang sebelumnya berubah secara eksponensial, dipaksa melambatkan diri. Seolah sejenak berhenti di tempat.

Prediksi Thomas L Friedman, Thank for Being Late, 2018, memperlihatkan bentuknya di masa pandemi. Alam dan ekosistem kita selalu berada dalam keseimbangan akan menormalisasikan dirinya. Eksploitasi tidak terkendali berpotensi dampak bencana.

Kemajuan teknologi yang mempercepat kehidupan dalam format akselerasi digital, menghadirkan bentuk-bentuk baru yang belum pernah terbayangkan dalam seluruh bidang kehidupan manusia, secara ekonomi, sosial, politik dan lingkungan.

Perubahan terjadi. Tidak hanya itu situasi yang berubah pada akhirnya memaksa kita untuk mulai kembali beradaptasi. Kehidupan menjadi sedemikian kompleks. Kita kekurangan waktu untuk berpikir ulang. Larut dalam perubahan.

Disrupsi melumat mereka yang tidak siap untuk berubah. Karena itu, terlambat, perlambatan dan keterlambatan adalah frasa kata yang mampu memberi ruang untuk melakukan evaluasi atas pencapaian yang telah dilalui, serta apa yang akan dicapai di masa mendatang.

Pandemi dan Kemanusiaan

Begitu dahsyatnya gelombang kedua ini kembali menyentak kita di tanah air. Kelangkaan obat hingga tabung oksigen terjadi. Kepanikan publik terjadi. Karantina dan isolasi dilakukan. 

Manusia berbilang menjadi angka dan berita duka. Dalam aspek teknis kita akan belajar pola penanganan wabah, penguatan sektor medis, pelayanan publik di era pandemi dan lain sebagainya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline