Penuh harapan. Tahun baru diliputi semangat dan harapan yang baru. Demikian pula dengan pandemi yang saat ini kita hadapi, kita tentu berharap agar segera berlalu. Keberadaan vaksin menjadi tumpuan optimisme, meski angka penularan masih terus melaju. Disiplin atas perilaku hidup dalam norma baru protokol kesehatan tetap dibutuhkan.
Pada dasarnya manusia selalu menghidupkan harapan. Kekuatan imajinatif akan masa yang membawa manusia sampai pada hari ini. Optimisme sebagai sebuah sikap harus disandarkan pada rasionalitas yang terukur. Karena itu, berlebihan kepercayaan diri -overconfident atas fungsi game changer vaksin, sama berbahaya dengan penolakan -denial vaksin.
Kita tidak bisa mengingkari bukti ilmiah kekuatan ilmu pengetahuan, bahwa vaksin sudah terbukti efektif mengatasi persoalan penyakit menular. Tetapi untuk jenis baru yang kini berstatus pandemi, kita perlu cermat melihat. Hal terpenting dalam mendorong persuasi publik terkait upaya vaksinasi, harus mampu menumbuhkan kesadaran akan kepentingan bersama.
Keberhasilan vaksinasi, dikontribusikan oleh (i) kemampuan dan keamanan vaksin dalam mengatasi virus, serta (ii) efektivitas komunikasi publik yang menciptakan ruang saling percaya -mutual trust. Ruang dalam hal yang pertama tersebut, akan sangat terkait pada proses verifikasi dan konfirmasi hasil teknis penelitian skala laboratorium.
Sedangkan, terkait point kedua merupakan ruang psikologis publik, yang akan sangat bertalian pada kemampuan menjelaskan kepentingan serta kegunaan vaksin. Kerangka edukasi publik dengan judul narasi kampanye "tak kenal maka tak kebal" harus dilakukan sampai pada tataran sosial terkecil, serta tidak bisa bersifat Jakartasentris, merepresentasikan kondisi majemuk.
Tugas Kepemimpinan
Keterlibatan para pemuka dan tokoh di daerah perlu dioptimalkan. Peran kepemimpinan menjadi menonjol dan merupakan titik tekan. Dengan begitu, simbolisasi Presiden mewakili dirinya sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan, yang bertindak menjadi pihak penerima vaksin pertama di Indonesia, perlu diapresiasi dan krusial dalam memberikan dukungan moril sebagai penguat pesan urgensi dari vaksinasi.
Dalam narasi mendasar, vaksin dan tindakan vaksinasi adalah sarana mencegah dan melindungi diri pribadi sekaligus menjaga kepentingan bersama. Format kekebalan kelompok -herd immunity, hanya akan dapat membantu mencegah penularan dengan dukungan penuh akan kepatuhan serta kedisiplinan bersama.
Dengan begitu terdapat prasyarat yang dibutuhkan. Poin penting sebagai prasyarat dalam membangun kepercayaan -trust, akan sangat terkait dengan aspek transparansi dan akuntabilitas. Struktur bangunan rasa percaya akan hal-hal baik sebagai harapan dalam asa optimisme, hanya dapat terbentuk bila ada kemauan dan kemampuan untuk memastikan hadirnya keterbukaan serta pertanggungjawaban.
Publik harus diberi informasi yang utuh, tidak tersamar dan jelas. Karenanya, akses informasi terkait dengan vaksin harus mampu diakses seluas mungkin. Bila menggunakan perspektif statistik, dalam kurva normalitas, maka akan tetap dimungkian tercipta kelompok yang extreme overconfidenthingga ujung kelompok lainnya yang denial. Meski begitu, rataan kelompok normal yang ditengah kurva harus difungsikan secara aktif.
Komunikasi mengenai vaksin serta vaksinasi, sejatinya harus merangkum fungsi (i) informatif dalam menyampaikan data-data terkait, (ii) persuasif guna melakukan ajakan dengan menyentuh faktor emosional, hingga (iii) regulatif untuk melakukan pengelolaan serta pengaturan. Oleh sebab itu, pengenaan denda atas penolakan vaksin merupakan langkah akhir setelah dua fungsi terdahulu yakni informatif dan persuasif secara maksimal telah dilakukan.