Lihat ke Halaman Asli

Yudhi Hertanto

TERVERIFIKASI

Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Pemilih Kritis dalam Agenda Elektoral

Diperbarui: 29 Desember 2019   09:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Momentum politik 2020, akan diwarnai dengan agenda Pilkada serentak. Sekurangnya 270 titik daerah yang akan menjadi peta lokasi pemilihan.

Tidak mudah memastikan kemenangan politik di era disrupsi. Pemilih bergerak sangat fluktuatif. Banyak hal yang menjadi faktor keberhasilan guna memenangi suatu daerah. 

Pemahaman yang utuh pada tingkat motif penggerak pemilih dalam memutuskan pilihan politik, perlu mendapatkan pencermatan, baik oleh partai maupun para aktor yang akan terlibat proses kandidasi.

Setidaknya, ilustrasi yang ditampilkan melalui kajian Saiful Mujani, R William Liddle & Kuskridho Ambardi, 2019 dalam Kaum Demokrat Kritis: Analisis Perilaku Pemilih Indonesia sejak Demokratisasi menjadi pembuka gerbang pemahaman.

Pemilih berkembang dan bertumbuh. Tidak hanya dalam konteks populasi secara kuantitatif, tetapi juga bergerak pada level kualitatif. Sehingga, cara-cara mendekati pemegang suara pun menjadi berbeda.

Ruang Politik Formal

Dalam penelitian Saiful Mujani dkk, kategorisasi pemilih rasional dikelompokan dalam kriteria kaum demokrat kritis. Penggolongan ini, untuk memberikan posisi yang berbeda dari kelompok tradisional, yang memilih atas faktor loyalitas tanpa membutuhkan preferensi pertimbangan yang spesifik. 

Kaum demokrat kritis ini mempercayai bahwa kontestasi politik adalah agenda sah dari mekanisme kehidupan kenegaraan, meski dalam optimisme tersebut disisipi dengan pesimisme atas dampak langsung yang diperoleh melalui hasil demokrasi.

Situasi anomali tersebut, membuat kelompok pemilih ini diimbuhi kata kritis. Bersikap untuk tidak begitu saja menerima apa adanya, tetapi sekaligus mampu memberi tanggapan pada kekuasaan yang terpilih dari hasil politik elektoral.

Kita dapat melihat perkembangan jumlah pemilih ini melalui aspek political sphere -ruang politik. Terlihat melalui partisipasi politik, animo keterlibatan untuk merepresentasikan hak pilih masih terbilang besar, dilandasi kesadaran bahwa jalur politik formal diwadahi melalui mekanisme pemilu.

Meski begitu, pada ruang politik, ada pula faktor pengaruh yakni pilihan politik. Dimana terdapat keterbatasan partai politik yang dianggap sesuai dengan aspirasi publik, meski secara de facto partai politik tetap banyak. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline