Lihat ke Halaman Asli

Yudhi Hertanto

TERVERIFIKASI

Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Tera Ulang Kebijakan Kesehatan

Diperbarui: 24 Oktober 2019   05:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Seabrek pekerjaan rumah Kementerian Kesehatan telah menanti. Demikian tugas yang akan diemban oleh Mayjen TNI Dr.dr.Terawan Agus Putranto, Sp.Rad (K), mantan Kepala RSPAD Gatot Subroto yang ditunjuk sebagai Menteri Kesehatan di Kabinet Indonesia Maju.

Berdasarkan keterangan pers, sekurangnya dua hal penting menjadi pembahasan Jokowi dengan Dokter Terawan, yakni fokus penyelesaian masalah BPJS Kesehatan dan agenda pencegahan stunting.

Popularitas Dokter Terawan yang juga merupakan tim dokter kepresidenan ini mencuat bersamaan dengan keterkenalan metode terapi "cuci otak" menggunakan alat Digital Subtraction Angiography -DSA.

Meski atas aktivitas tersebut, sempat menyebabkan dirinya bersinggungan dengan rekomendasi Ikatan Dokter Indonesia -IDI, yang menyebutkan bahwa tindakan medis belum teruji secara ilmiah, karena DSA sebetulnya alat diagnosis.

Dibalik kontroversi itu, sekurangnya hal positif yang perlu dicatat adalah kemampuan Dokter Terawan, untuk melihat model penanganan kesehatan dengan menggunakan perangkat teknologi. Tindakan DSA harus diakui sebagai sebuah kebaharuan alternatif dibanding penanganan medis konvensional.

Jika kemudian diperhadapkan dengan kaidah kajian penelitian ilmiah, yang menjadi dasar bagi implementasi tindakan medik, maka disitulah peranan divisi riset dan teknologi yang bisa dikelola oleh kementerian kesehatan. Kini, Dokter Terawan didapuk menjabat posisi tersebut, bola ada di tangannya.

Brainwash dan Teknologi Kesehatan

Fenomena terapi "cuci otak" yang dinilai mampu menjadi sarana pengobatan stroke. Dengan menggunakan metode radiologi intervensi melalui modifikasi DSA. Teknik tersebut sudah banyak dicoba, termasuk oleh banyak petinggi negeri ini melalui kerja Dokter Terawan.

Polemik yang muncul, tentu saja tidak dapat dihindarkan, tersebab pelaksanaan kegiatan tersebut dilakukan mendahului penjelasan ilmiah yang dibutuhkan. Sekurangnya, hal ini menandakan kegagapan dunia kesehatan berjumpa hal-hal baru, sebagai bentuk modernisasi penanganan medik.

Tentu saja ke depan, perlu banyak upaya pendalaman terkait dengan berbagai model teknologi kesehatan alternatif, tidak hanya persoalan DSA. Salah satu pernyataan Dokter Terawan yang menarik adalah tetap menjadi dokter meski pensiun dari RSPAD, menggunakan telemedicine, mekanisme penggunaan teknologi jarak jauh dalam pelayanan kesehatan.

Bila merujuk pada pembiayaan kuratif kesehatan melalui data BPJS Kesehatan, selain gagal ginjal, jantung dan kanker, tersebut problem stroke menjadi salah satu poin yang menggerogoti anggaran. Perlu pencermatan solutif bagi permasalahan tersebut. Didalamnya juga dapat berbicara tentang potensi penggunaan telemedicine bagi akses remote area.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline