Tanpa disadari, perubahan bentuk kehidupan terjadi pada banyak sisi kehidupan kita. Sisa kebiasaan dimasa lalu, tergantikan oleh berbagai pola baru. Sentuhan teknologi menjadi pemicunya.
Sekurangnya, kita kini mengenal istilah Revolusi Industri 4.0 bahkan sudah mulai bertransformasi menuju terbentuknya Society 5.0. Situasi yang berubah ini, menurut (Schwab, 2019) terkategori melalui indikator, (a) kecepatan -proses yang semakin cepat, (b) kedalaman dan keluasan atas perubahan terjadi, dan (c) dampak sistemik -konsekuensi perubahan.
Begitu juga, sekelumit paparan Khatib Shalat Ied, yang menyebut bahwa kita harus bersiap diri selepas Ramadhan. Menjadi manusia bertaqwa dengan sebenar-benarnya, yang telah terlatih melalui proses menahan diri selama bulan suci tersebut.
Menariknya, urusan duniawi harus ditambatkan pada tujuan ukhrawi, karena pada arah tujuan tersebut kita akan kembali mudik ke kampung halaman sesungguhnya.
Meski begitu, kita dituntut untuk tetap mampu beradaptasi dengan perubahan yang terjadi dalam aspek horizontal -lokus sosial, meski tetap tidak terlepas dari kaitan vertikal -lokus keimanan.
Selaras dengan itu, sang Khatib menyebut era 4.0 harus dibarengi dengan kebutuhan untuk menambahkan kompetensi baru 4C, agar umat muslim mampu menjadi pemimpin perubahan, bukan sekedar menjadi objek eksploitasi semata.
Diantara penjelasan 4C itu, (a) Communication pemenuhan proses interaksi sosial, (b) Collaboration menjalin kerjasama, (c) Critical Thinking membangun tradisi pemikiran kritis, hingga (d) Creativity mendorong proses kreatif.
Kebaharuan Relasi Sosial
Sebagai catatan, Khatib juga menyampaikan bahwa dalam kepentingan mensucikan diri, maka memberi permaafan adalah kemampuan terbesar dalam mengendalikan ego individual. Pun termasuk, disebutkan berkenaan dengan kontestasi politik domestik yang masih berintonasi tinggi.
Idul Fitri diharapkan dapat meluruhkan tensi dan kembali menyatukan, merekat kembali hubungan sosial yang sempat terbelah. Relasi sosial, termasuk dalam persoalan politik ini, memang masih kerap tertinggal dibahas dalam kajian terkait era 4.0.
Konsekuensi dampak ekonomi dan perilaku manusia menjadi objek studi, tetapi relasi sosial politik nampak luput diprediksikan. Era baru diisi oleh para digital native, para milenial menjadi penentu arah yang berbeda dari generasi pendahulunya.
Suasana tersebut terpotret melalui (Yuswohady, 2019), seluruh ranah kehidupan terdisrupsi secara cepat dan mendasar, dengan milenial sebagai agen perubahan.