Lihat ke Halaman Asli

Yudhi Hertanto

TERVERIFIKASI

Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Mimpi Simbolik Trump dan Shutdown

Diperbarui: 27 Desember 2018   07:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia


Bagi pemerintah Amerika, mekanismeshutdown adalah bagian dari upaya untuk membangun keseimbangan anggaran. Terutama menjadi strategi yang dipergunakan, saat suatu usulan anggaran belum mendapat persetujuan. Sehingga, setiap episode pemerintahan di negeri Paman Sam tersebut, kerapkali berhadapan dengan potensi shutdown, alias penghentian sementara sebagian pelayanan publik yang terkait dengan pembiayaan dan anggaran belanja pemerintah.

Pun termasuk dengan apa yang saat ini dialami Trump, sebagai bagian dari belum diloloskannya usulan untuk membangun tembok pemisah antara Amerika dan Mexico, yang diklaim dapat secara efektif membatasi terjadinya eksodus imigran gelap, serta membatasi potensi penyelundupan barang-barang haram, yang dianggap tidak menguntungkan bagi kepentingan Amerika.

Tentu program tembok pemisah sebagaimana impian Trump, bermakna fisik dan psikologis. Sebagaimana simbol panoptik, yang disebut filsuf Foucault menjadi penanda kekuasaan yang bersifat mengatur dan mendisiplinkan. Keberadaan tembok tinggi dan memberikan batas garis demarkasi selalu terjadi dalam kesejarahan manusia, tidak hanya kali ini saja.

Manusia adalah mahluk spasial, ada batas ruang privasi dan publik, pun demikian dengan kehidupan bernegara yang diterjemahkan dengan kerangka tapal batas fisik, serupa batas wilayah dan pemisah keadulatan antar negara. Tetapi apa yang dilakukan Trump tetap saja menarik, ditarik dalam logika gagasan janji kampanye yang menggunakan slogan, "Make America Great Again".

Mimpi Simbolik Tembok

Jika demikian, maka apa yang hendak dituju oleh Trump dari keberadaan tembok kali ini? Mimpi tentang tembok pemisah adalah cerita tentang bentang raksasa tembok Cina yang dijadikan sebagai alat pengaturan kehidupan masyarakat sekaligus menjadi benteng pertahanan. Bisa pula menjadi batas tegas ideologis, sebagaimana kisah tentang tembok Berlin antara Jerman Barat dan Timur.

Tembok adalah simbolisasi dari kekuasaan, menjadi tanda pemisah, sekaligus mengilutrasikan upaya manusia dalam membatasi ruang gerak. Dengan demikian wacana tembok yang dibangun Amerika, yang akan membentang pada garis perbatasan Mexico adalah bagian dari kerangka mimpi tentang simbol-simbol tersebut. Sekali lagi, tembok adalah tampilan visual dengan berbagai motif dibaliknya.

Kedigdayaan Amerika sebagai negara superioritu, seolah harus terlihat dari dominasinya terhadap batas-batas wilayah negara yang bertetangga, pun termasuk perbatasan Mexico yang dianggap membawa persoalan baru bagi kepentingan domestik Amerika. Bisa jadi, Trump menggunakan metode berpikir eksternal, dengan menunjuk keluar atas penyebab masalah yang dihadapinya, bahwa persoalan ditubuh negeri Amerika, lebih disebabkan permasalahan yang dibawa oleh pihak luar.

Bangunan asumsi dan struktur berpikir yang nampaknya tidak mendalam itu pula, yang kini kemudian hadir dalam konteks kebijakan luar negeri Amerika. Perang dagang dengan Cina, dilandasi oleh persepsi kecurangan pihak Cina, juga terkait kecurigaan skemadumping, pencurian hak cipta dan tentu saja kesemua itu dihitung dari defisit neraca perdagangan Amerika atas Cina. Termasuk pula diantaranya, penarikan diri Amerika dalam berbagai bentuk kesepakatan dunia, yang pada periode sebelumnya justru diinisiasi oleh sang Paman Sam.  

Agaknya Amerika tidak memprediksi dampak globalisasi sebagai simbol dominasinya tersebut, kini berbalik menyerang eksistensinya. Kemampuan berbagai negara untuk kompetitif, merupakan bentuk adaptasi atas potensi globalisasi.

Semestinya, Amerika dapat bersikap rileks karena kemajuan teknologi masih dalam kerangka wilayah riset dan pengembangan dinegara tersebut, meski beberapa negara seperti Cina dan banyak negara lain mulai mecoba mengejar, tetapi perangkap lisensi dan hak cipta telah dibuat sebagai alat proteksi dari kemajuan teknologi Amerika. Semestinya mimpi soal tembok itu runtuh, karena peradaban digital telah menghilangkan sekat-sekat fisik, yang dalam era modernitas tampak menjadi fiksi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline