Lihat ke Halaman Asli

Yudhi Hertanto

TERVERIFIKASI

Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Memahami Kekuasaan Ala Foucault

Diperbarui: 4 Desember 2018   10:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Rumit! Sebagaimana para pemikir filsafat lainnya, Foucault tidak mudah dipahami dalam keterbatasan waktu yang singkat. Lamat-lamat, sembari berulangkali dibaca, terdapat pula berbagai runutan pemikiran tentang kekuasaan yang hendak disampaikan.

Berdasarkan interpretasi individual formulasi ala Foucault hendak disusun ulang, persis sebagaimana Foucault memaknai kebenaran yang mewujud dalam kekuasaan tidaklah bersifat tunggal, maka terdapat ruang bebas penafsiran yang terbuka.

Filusuf botak berkebangsaan Prancis ini, memang kontroversial hingga akhir hayatnya. Tidak dipungkiri pula keberadaannya, dimaknai sebagai bagian dari para pemikir besar yang berkontribusi di abad modern. Pemikiran Foucault tentu tidak bisa dipisahkan dalam ruang hampa yang ahistoris, terdapat pengaruh yang terjadi dalam interaksi kehidupannya, dimana Foucault tumbuh dan berkembang dalam keluarga dokter, dekat dengan praktik dunia medis.

Maka korelasi tersebut, sangat memungkinkan Foucault yang justru lebih mendalami sejarah, filsafat dan psikologi mendapatkan inspirasi penjelas dari bagaimana kekuasaan itu dilangsungkan dalam keseharian kehidupan kita, melalui apa yang telah terjadi dalam masa kekinian. 

Upaya Foucault untuk melihat tarikan sejarah dalam kerangka pemahaman kekuasaan, adalah upaya penemuan artefak pada arkeologi kehidupan kemanusiaan dimasa lalu.

Bahwa apa yang terjadi saat ini, dalam konteks kekuasaan, terhubung dengan apa yang terjadi dimasa lalu, meski mengalami keterputusan kontinuitas. Hal tersebut, kemudian dirangkai untuk dapat melihat secara utuh bagaimana kekuasaan berlaku dan bertindak. 

Foucault sendiri tidak berbicara tentang apa itu kekuasaan, tetapi tentang bagaimana bentuk kekuasaan berjalan dalam sendi-sendi kehidupan bermasyarakat saat ini.

Dengan demikian, Foucault mencoba merumuskan bahwa kekuasaan bukan tentang persoalan bagaimana memiliki melainkan sebagai strategi yang dilakukan dan dipraktikan secara operasional ditengah-tengah publik. 

Model kekuasaan dari varian Marxis yang memandang negara sebagai representasi kelompok penguasa, tidak hendak diperdebatkan, tetapi yang kemudian menjadi objek telaah Foucault adalah tentang berbagai institusi yang berperan melanggengkan kekuasaan.

Pelembagaan Kekuasaan

Kini, kekuasaan tidak lagi bersifat konsentrik, tetapi terdesentralisasi kedalam berbagai bentuk formalisasi relasi sosial. Sebut saja klinik, rumah sakit, penjara, pendidikan bahkan aspek seksualitas menjadi panggung wilayah pertunjukan kekuasaan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline