Dunia selalu berubah! Pasang surut hubungan multilateral antar negara terjadi, bahkan negara sekutu yang selalu berkoalisi dalam berbagai isu dunia kerap tidak seiring sejalan. Lalu ada dampaknya bagi Indonesia? Setidaknya pada situasi yang tidak normal mengharuskan kita untuk terus meningkatkan kewaspadaan, dari segala aspek yang terkait, termasuk pada faktor-faktor internal.
Krisis moneter periode '98, yang bermula dari imbas persoalan ekonomi berbuntut politik, risiko dari perubahan ditingkat dunia masuk menyelusup ke teritori nasional, lalu muncul sebagai sebuah masalah yang mengguncang tatanan stabil dibawah pemerintahan "orde baru". Tentu situasi pada masa silam, menjadi hal penting untuk dipelajari dalam kerangka antisipasi.
Dengan segala potensi yang dimiliki, Indonesia sesungguhnya berpeluang untuk menjadi negara yang berpengaruh, termasuk dalam konteks ekonomi dan politik internasional. Besaran jumlah penduduk dan kekayaan alam menjadi salah satu keunggulan yang dapat dipergunakan sebagai daya dukung kemajuan bangsa ini, bahkan sebelumnya kita sempat disebut sebagai "macan Asia".
Sayangnya, sang Macan tertidur sehingga mampu dikejar berbagai negara tetangga lainnya. Lantas, apa yang bisa dibuat Indonesia saat ini untuk membangunkan "macan" tersebut? Kita membutuhkan perubahan yang transformatif, lebih dari sekedar reaktif, karena seringkali kita terlambat dalam merespon perubahan dan sporadis dalam implementasi arah perubahan dibandingkan terencana.
Apa saja kriteria transformatif yang diperlukan? Tentu kekuatan diberbagai bidang harus disatukan, karena penyatuan seluruh kekuatan tersebut akan mampu membangun daya saing Indonesia. Jelas perlu kerangka kerja dan perencanaan yang matang. Didukung dengan aspek politik yang mendukung bagi terbangunnya serta memastikan keberlanjutan program pembangunan, meski dalam batas demokrasi masih terdapat ruang bagi dinamika politik.
Fokus kekuatan kita ditujukan pada sektor ekonomi, politik dan sumberdaya manusia. Pada masing-masing sektor perlu titik tekan, khususnya dibidang ekonomi mencakup kemampuan pertumbuhan berkesinambungan, pertambahan lapangan pekerjaan, dan membangun daya saing. Sementara itu, pada aspek politik, kita perlu memastikan konsolidasi demokrasi mampu mengatasi hambatan korupsi yang berjalan seirama dengan syahwat kekuasaan.
Hal yang menjadi penting dan teramat penting adalah bagaimana kita secara berbangsa mampu meningkatkan kapasitas kompetensi sumberdaya manusia, yang seharusnya menjadi asset utama. Kuantitas yang besar, harusnya dapat diimbangi dengan peningkatan kualitas secara keseluruhan. Adopsi anggaran pendidikan yang mendapatkan porsi besar dalam alokasi belanja nasional masih jauh dari harapan dapat menambah daya dorong kualitas manusia, termasuk pemerataannya.
Lalu dimulai dari mana? Melihat ara perkembangan saat ini yang terkonsentrasi kepada persoalan pembangunan fisik infrastruktur, tentu bukan sebuah kesalahan, karena ada gap infrastruktur yang agak terabaikan pada periode dimasa lalu. Tetapi hanya berpacu pada aspek fisik semata hanya akan menyisakan kekurangan dalam membangun peradaban dan keberadaban, yang dimulai dari sisi manusianya.
Karena dalam konsepsi pembangunan, manusia adalah subjek sekaligus objek yang berperan penting. Maka menjadi teramat krusial menempatkan perbaikan kualitas sumberdaya manusia kita sebagai hal pokok. Termasuk menyiasati tantangan jaman yang kini telah berubah menjadi abad digital, membangun interkoneksi informasi desa-kota, menciptakan pusat pertumbuhan didaerah dengan mengenalkan potensi daerah melalui teknologi informasi.
Situasi seperti dimaksud tersebut, berarti menembus sekat keterbatasan fisik infrastruktur yang dapat dibangun seiring dengan pertumbuhan yang terjadi. Kita tengah berpacu dengan waktu yang tidak mungkin berulang, dan dalam keterbatas waktu yang kita miliki, sudah semestinya kita memiliki perencanaan yang cermat serta terarah guna memperkuat bangsa ini, dan membangunkan "macan" yang telah lama terlelap dalam tidurnya yang panjang!.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H