Lihat ke Halaman Asli

Yudhi Hertanto

TERVERIFIKASI

Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Membaca Tanda dan Pertanda Pilkada

Diperbarui: 3 Juli 2018   08:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Dalam tradisi semiotika, tanda dan makna ditempatkan sebagai objek analisis. Konsensus dalam kesepakatan akan simbol, menjadi bagian dari upaya membangun kesepahaman komunikasi.

Mencermati hasil Pilkada serentak, tentu akan menjadi menarik melihat relasinya guna memahami pentas politik nasional, menjelang Pileg dan Pilpres 2019 sebagai bagian dari agenda besar demokrasi.

Saling klaim kemenangan serta kesuksesan Parpol dalam agenda Pilkada serentak, adalah sebuah statemen semu. Secara umum, kemenangan Pilkada ditempuh melalui koalisi lintas Parpol, baik mengusung calon bersama ataupun mendorong kader internal.

Pernyataan sepihak akan kemenangan Pilkada, dalam aspek praktis membentuk batas wilayah, menandai teritori, sekaligus membangun persepsi atas realitas bagi publik secara perlahan. Meski dipahami bila Quick Count adalah metode statistik ilmiah yang dapat merepresentasikan hasil, tapi ada persoalan etika yang harusnya dijaga disana.

Koalisi sebagai sebuah simbol, merupakan tanda sekaligus pertanda. Pertemuan kepentingan dalam wujud koalisi, membangun kesepakatan bersama yang bersifat cair dan sesaat.

Lebih jauh lagi, koalisi adalah pertanda bila Parpol lebih mengutamakan potensi kalkulasi kemenangan Pilkada, dibandingkan memastikan mewakili aspirasi publik.

Probabilitas adalah bagian dari kerangka ilmu hitung atas peluang, dan dalam nilai besaran peluang yang terbesar, maka hal tersebut yang menjadi panduan dalam pemilihan kandidat yang didukung Parpol.

Kader Sosial Media

Merujuk hasil Pilkada di Jawa, baik Jabar, Jateng maupun Jatim sebagai lokus penelitian yang paling dominan, dipahami bahwa kontestan dengan basis follower didunia maya merupakan indikator kesuksesan.

Meski sosial media menghadirkan permainan kepalsuan baik bot maupun fake account, tetapi sosial media sekaligus memberikan ruang bagi pembentukan citra yang lebih fleksibel.

Basis dukungan berdasarkan jumlah follower, memindahkan realitas virtual menjadi realitas sosial. Para kandidat yang melakukan pengelolaan sosial media secara organik, membangun relasi emosional.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline