Lihat ke Halaman Asli

Yudhi Hertanto

TERVERIFIKASI

Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Luka Kecil dengan Masalah Besar: Stop Amputasi!

Diperbarui: 19 Desember 2017   15:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Problematika luka dalam berbagai bentuk di Indonesia, sesuai dengan data di Kementerian Kesehatan 2015 mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Setidaknya terdapat 18 juta pasien diabetes, dengan 5.4 juta jiwa yang memiliki luka. Termasuk diantaranya, 3.6 juta penderita kanker, yang sekitar 66 ribu diantaranya adalah pasien kanker usus.

Data dalam tabulasi angka diatas semakin mencengangkan ketika melihat jumlah penderita stroke yang sebanyak 2.1 juta jiwa dengan 711 ribu diantaranya terdapat kejadian pressure injury. Keseluruhan fakta tersebut menyuguhkan informasi yang perlu ditangani lebih lanjut.

Kendala yang dihadapi dalam mengatasi persoalan luka, adalah karena rendahnya kesadaran public akan saluran medik penanganan kasus luka. Sehingga, dengan demikian, public kerap mengatasi diluar jalur medis menggunakan metode alternatif, sehingga datang terlambat.

Konsekuensi ketika pasien luka mengalami keterlambatan penanganan, tidak hanya pada lamanya proses perbaikan, tetapi juga potensi terjadinya kecacatan karena amputasi organ. Dengan mengenali waktu serta tindakan keperawatan yang tepat, hal tersebut dapat dihindarkan.

Demikian, kesimpulan yang dihasilkan pada seminar bertajuk, "Evidence Based Nursing Practice Update on Wound Management Acute and Chronic", yang dilaksanakan di RS Meilia Cibubur oleh AKPER Berkala Widya Husada. Hal tentang amputasi semakin mengkhawatirkan, ketika didapatkan bahwa 6 dari 10 pasien dengan amputasi, mengalami kematian dalam kurun 5 tahun pasca amputasi.

Tidak hanya mengalami penurunan kualitas hidup karena amputasi, tetapi juga pasien luka mengalami kendala medik lanjutan yang mengancam jiwa. Masalah luka, bila tidak ditangani dengan serius, bisa menjadi persoalan besar.

Berpacu dengan Balutan

Sejatinya, kita semua pernah mengalami luka dengan berbagai derivatifnya. Luka sendiri adalah rusak atau hilangnya kesatuan jaringan secara spesifik. Hal ini dapat disembuhkan secara primer, sesuai proses dan reaksinya hilang, atau sembuh sekunder berlangsung lambat membentuk parut.

Tubuh memiliki mekanise untuk dapat melakukan penyembuhan luka, sekaligus memperbaiki jaringan luka. Dalam fase penyembuhan, terdapat beberapa tahap diantaranya hemostatis dengan tujuan penghentian darah dan pencegahan kontaminasi. Selanjutnya, tahap inflamasi yakni peradangan penghilangan jaringan mati untuk penumbuhan jaringan baru.

Setelah itu, fase proliferatif berlangsung untuk menutup luka dengan penggantian jaringan sebagai bentuk regenerasi epidermis. Hingga kemudian, sampai pada tahap maturasi dimana terjadi penyempurnaan bentuk jaringan baru secara konsisten.

Pada penanganan luka, kondisi kelembaban menjadi syarat untuk mendorong terciptanya perbaikan, termasuk memastikan kondisi sensitifitas pasien. Selebihnya, perawatan luka dilakukan secara berkelanjutan, dengan memastikan pengawasan regular.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline